Curah hujan yang tinggi di sekitar Sungai Ipuah membuat tanah tidak sanggup menyerap air dan membuat tebing di dekat permukiman warga runtuh dan menimpa rumah yang mengakibatkan tiga orang meninggal dunia,"

Padang Aro, Sumbar (ANTARA News) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Hamudis mengatakan, terjadinya longsor di Nagari Pakan Rabaa Tangah, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh pada Selasa dini hari karena curah hujan yang tinggi.

"Curah hujan yang tinggi di sekitar Sungai Ipuah membuat tanah tidak sanggup menyerap air dan membuat tebing di dekat permukiman warga runtuh dan menimpa rumah yang mengakibatkan tiga orang meninggal dunia," katanya di Padang Aro, Selasa.

Ia mengatakan, di sekitar lokasi longsor terdapat belasan rumah warga yang masih rentan dengan ancaman longsor.

"Kita akan mendata rumah warga yang berada di kawasan rawan bencana tersebut, bila perlu akan dilakukan relokasi terhadap rumah yang rentan bencana alam," jelasnya.

Ia mengimbau dengan masih tingginya curah hujan diminta kepada warga untuk waspada, baik siang maupun malam karena bencana bisa saja datang kapan pun.

Peristiwa tanah longsor yang menimbun dua unit rumah tersebut menelan tiga korban jiwa yaitu Nurbaiti (70) mertua dari Syamsul Basri dan dua anaknya Yosi Fitri Yani (12) dan Tri Yulia Nanda Sari (8).

Keluarga korban Salmanir (32) yang merupakan anak dari Nurbaiti mengatakan, hujan di daerah itu sudah berlangsung sejak Senin siang dan baru berhenti pada Selasa subuh.

"Saat hujan lebat itu ketiga korban sudah dilarang tidur di kamar belakang yang jaraknya sangat dekat dengan tebing, namun mereka tidak menghiraukannya," katanya.

Ia mengungkapkan, saat tanah mulai menimpa rumah kakaknya Samsi Warti (28) seluruh rumah bergetar seperti gempa.

"Seketika kamar bagian belakang ditimbun tanah, suami kakak saya yaitu Syamsul Basri langsung meminta pertolongan pada warga sekitar," katanya.

Ia menambahkan, ketiga korban berhasil dievakuasi oleh kerabat dekat mereka yang tinggal tidak jauh dari lokasi.

Ditambahkannya, pada tahun 1996 keluarga Nurbaiti juga pernah meninggal tiga orang karena banjir bandang di daerah itu.

Ketiga orang itu, katanya, anak Nurbaiti yang juga kakak kandungnya Jamilus dengan istrinya Silis dan satu orang anaknya.

Endi kerabat korban mengatakan, saat ia menolong mengeluarkan ketiga korban dari tumpukan longsoran, tanahnya masih bergerak.

"Bahkan pinggang saya sempat dihantam tanah yang masih longsor saat itu dan saya tetap melakukan penggalian untuk mencari korban karena saya melihat kaki yang tertimbun," katanya.

Ia menyebutkan, yang pertama dia temukan adalah si nenek Nurbaiti kemudian Yulia dan terakhir Yosi, namun saat ditemukan ketiganya sudah tidak bernyawa lagi.

Sementara itu Lisar warga yang tinggal di atas bukit mengatakan, ia dan keluarganya setiap hujan datang selalu mengungsi ke rumah keluarga yang tidak jauh dari lokasi.

"Di sini biasanya sudah sering terjadi longsor kecil dan kami sekeluarga ketakutan bila hujan datang, karena itu kami selalu mengungsi setiap hujan lebat datang," kata dia.

(KR-HMR/Z002)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2012