London (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik kembali pada Jumat, setelah pasar kembali mengarahkan perhatian ke negara produsen minyak utama Iran. Para pedagang juga menanggapi pengumuman Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang menyatakan bahwa kartel minyak itu akan mempertahankan tingkat produksi saat ini sebesar 28 juta barrel per hari. Kontrak utama di New York, minyak mentah light sweet untuk penyerahan Juli naik 46 sen menjadi 70,80 dollar AS per barrel pada perdagangan elektronik sebelum pasar secara resmi dibuka. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juli naik 39 sen menjadi 69,78 dollar AS per barrel pada perdagangan bersistem elektronik. Harga berjangka minyak mentah sempat turun sekitar satu dollar AS pada hari Kamis lalu setelah data Departemen Energi AS menunjukkan bahwa cadangan energi AS meningkat. Selain itu, enam kekuatan di dunia pada Kamis (1/6) setuju untuk memberikan paket insentif bagi Iran jika bersedia menghentikan program nuklirnya, yang dicurigai sedang mengembangkan senjata nuklir, tetapi mengancam akan memberi penalti jika Iran menolak. Pertemuan para menteri luar negeri Inggris, Rusia, China, Prancis, Jerman dan Amerika Serikat dilaksanakan pada Kamis lalu di Vienna. Harapan pasar yaitu bahwa Iran akan menolak paket tersebut, yang akan memberi jalan kemungkinan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menerapkan sanksi mengenai sengketa nuklir tersebut. "Saya tidak yakin Iran akan menerima paket insentif itu, mereka tidak dikendalikan oleh pertimbangan pasar," kata Daruisz Kowalczyk, seorang ahli strategi investasi pada perusahaan berbasis di Hong Kong, CFC Seymour. "Barat tidak dapat mengajukan pertimbangan ekonomi, mereka tidak akan merespon hal tersebut; saya tidak yakin paket tersebut sesuai dengan target mereka," katanya, dengan menambahkan bahwa kemungkinan penolakan paket itu akan memungkinkan aksi militer atau sanksi PBB dalam waktu dekat. Para analis khawatir bahwa Iran -- negara produsen minyak terbesar ke-empat di dunia dan eksportir kedua terbesar di OPEC -- kemungkinan akan mengurangi ekspornya sebagai balasan. Menteri-menteri OPEC, yang mengadakan pertemuan di Caracas, ibukota negara Venezuela, sepakat Kamis lalu untuk mempertahankan tingkat produksi tertinggi dalam 25 tahun tersebut, tetapi mengatakan bahwa mereka akan mengamati setiap tanda yang mengaraj pada perlambatan global yang kemungkinan akan melakukan pemotongan tingkat produksi pada bulan-bulan mendatang. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006