Gereja masuk lalu menghadirkan diri dalam budaya lokal

Kuta, Bali (ANTARA news) - Ribuan umat Kristiani merayakan Natal dengan menggunakan tradisi Bali di Gereja Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka, Kuta Utara, Bali.

"Itu merupakan tradisi kita sebagai orang Bali yang tidak boleh melupakan tradisi leluhur," kata Ketua Dewan Pastoral Paroki III Gereja Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka, Nyoman Robi Dewantara, Selasa.

Sebagian besar umat Kristiani yang mengenakan pakaian adat Bali, kain sarung dan "udeng" atau kain ikat kepala untuk pria dan kain sarung dan kebaya bagi wanita, menjadi pemandangan unik dan khas Pulau Dewata.

Satu persatu umat Kristiani mendatangi gereja Tuka yang didirikan pada 14 Februari 1937 dan memiliki bentuk ornamen ukiran khas Pulau Dewata itu untuk mengikuti kebaktian Natal yang dimulai pukul 08.00 WITA. Acara diawali dengan perarakan dengan membawa salib dan lilin memasuki ruang gereja.

Ibadah kemudian dilanjutkan dengan lagu pujian, liturgi sabda, dan doa-doa yang dipimpin Romo Martinus Fatin SVD.

Selain menggunakan tradisi dengan mengenakan pakaian adat Bali, hiasan penjor yang ada di sekitar gereja juga menambah unik perayaan Natal di salah satu gereja tertua di Pulau Dewata itu.

Salah satu tokoh gereja, Nyoman Aloysius mengatakan bahwa hiasan bambu yang dihias dengan janur itu disebut "pepenjoran" karena meski mirip dengan penjor khas dalam ritual adat di Bali, namun "pepenjoran" sebagian tidak mengadopsi tradisi Bali karena tidak ada sesajen dan buah-buah yang biasa menghiasi penjor. "Pepenjoran juga dipasang di depan rumah umat Kristiani di Banjar Tuka.

Dewan Keuangan Paroki itu menyatakan bahwa gereja yang memiliki umat sekitar 500 kepala keluarga itu tidak mengambil nilai lokal setempat, melainkan unsur lokal kemudian diangkat dan disucikan.

"Gereja masuk lalu menghadirkan diri dalam budaya lokal. Gereja Katolik hadir sesuai dengan budaya lokal di Bali. Bukan mengambil budaya tetapi melebur dengan unsur budaya lokal," ujar Aloysius.

Selain itu ada tradisi unik yang juga dilaksanakan umat Katolik di Banjar Tuka yakni dengan melakukan tradisi "penampahan" atau kegiatan penyembelihan hewan yang biasanya dilakukan sehari atau dua hari menjelang Natal, dengan urunan masing-masing umat.

"Penampahan" merupakan tradisi yang dilakukan umat Hindu sehari menjelang Hari Raya Galungan.

"Itu merupakan simbol bagi kami sebagai orang Bali dan kami ungkapkan iman kami dalam wajah Bali," ujar Aloysius.

(Ant)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2012