Kami berharap persatuan yang kuat dengan ekonomi yang terintegrasi, kebijakan luar negeri bersama, dan sistem pertahanan bersama.

Manama (ANTARA News) - Pertemuan puncak tahunan negara-negara monarki Arab anggota Gulf Cooperation Council (GCC) dibuka di Manama, pada Senin, dengan seruan untuk integrasi ekonomi dan persatuan dalam menghadapi gejolak yang melanda sebagian besar Timur Tengah.

Raja Hamad dari Bahrain yang menjadi tuan rumah mendesak GCC untuk menyediakan "payung keamanan untuk rakyatnya" dan menyerukan agar enam negara anggota GCC untuk "saling melengkapi dalam ekonomi".

Sementara itu, Putera Mahkota Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz, lebih menekankan pada kesatuan negara-negara Arab.

"Kami berharap persatuan yang kuat dengan ekonomi yang terintegrasi, kebijakan luar negeri bersama, dan sistem pertahanan bersama," kata dia.

Sementara emir Kuwait, Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah mengatakan bahwa GCC harus menolong penduduk sipil di Suriah dan mendesak Iran untuk mencapai kesepakatan damai dengan negara tetangganya, termasuk dalam soal perebutan beberapa pulau dengan Uni Emirat Arab (UAE).

Secara umum, total pendapatan domestik bruto negara anggota GCC--Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, UAE, Arab Saudi--pada 2011 lalu adalah 1,37 trilyun dolar AS, kata seorang sumber diplomatik.

Pada 2003 lalu, organisasi tersebut telah memulai persatuan budaya secara simbolis, namun harus menghadapi masalah dan tidak dapat mencapai target pada 2005, target itu kemudian terus menerus diundur sampai 2015.

GCC juga mencoba persatuan sistem moneter pada 2009 untuk menciptakan mata uang bersama. Namun usaha itu juga gagal di tengah jalan karena hanya empat negara yang menandatangani kesepakatan.

Selain masalah ekonomi, enam negara itu juga akan membicarakan rencana untuk memperluas pakta keamanan yang ditandatangani pada 1994 dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama militer menghadapi kebangkitan Arab, kata sumber tersebut.

"Pertemuan puncak ini dilangsungkan dalam suasana yang sensitif, dan implikasi dari pertemuan itu harus dipelajari," kata Sekretaris Jenderal GCC, Abdellatif Zayani, menjelang pertemuan.

Bahrain masih berusaha untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin kaum Syiah, sementara krisis politik di Kuwait telah membuat kelompok oposisi berdemonstrasi memprotes perubahan undang-undang pemilihan umum.

Oposisi Syiah di Bahrain yang dikuasai oleh Sunni mendesak pertemuan puncak itu "untuk menekan pemimpin Bahrain agar mencari solusi yang tepat dalam mengatasi krisis."

Sementara di Arab Saudi, Provinsi Wilayah Timur yang kaya akan minyak dan didominasi oleh Syiah juga menjadi situs demonstrasi-demonstrasi sporadik dan UAE menangkap 60 pemeluk aliran Islam yang berbeda dengan tuduhan merencanakan pemberontakan pada negara.

Bahkan di Oman yang biasanya tenang, para demonstran turun ke jalan pada tahun lalu untuk menuntut perbaikan standar hidup dan reformasi.
(G005)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012