Tentara Pembebasan Sudan (SLA) pimpinan Abdelwahid Nur menguasai Golo, sebuah kota besar di daerah Jebel Marra
Khartoum (ANTARA News) - Gerilyawan di Darfur hari Senin merebut sebuah kota dari kendali pemerintah Sudan setelah pertempuran yang menjatuhkan korban dan mengakibatkan sejumlah orang ditangkap.
Kelompok Tentara Pembebasan Sudan (SLA) pimpinan Abdelwahid Nur menguasai Golo, sebuah kota besar di daerah Jebel Marra, pada Senin siang setelah pertempuran ketika milisi pemerintah berusaha menyerang sebuah posisi gerilyawan, kata juru bicara SLA Ibrahim Al-Hillu kepada AFP.
Hillu mengatakan, gerilyawan merebut sejumlah senapan mesin berat, mortir, kendaraan dan peralatan militer lain di kota itu dan menahan beberapa orang. Korban juga berjatuhan, namun ia tidak memiliki rinciannya.
Juru bicara militer Sudan belum bisa dihubungi untuk diminta komentar mereka mengenai klaim itu.
Jebel Marra adalah daerah pegunungan subur yang merupakan tempat tinggal penduduk Fur non-Arab dan mereka diwakili oleh kelompok Nur. Kelompok itu memiliki ratusan gerilyawan dan hanya berpengaruh di daerah Jebel Marra, yang biasa menjadi sasaran operasi militer dan serangan udara.
SLA dan beberapa kelompok lain memulai pemberontakan terhadap pemerintah Khartoum yang didominasi orang Arab hampir satu dasawarsa lalu. Bentrokan-bentrokan antara pasukan Sudan dan gerilyawan masih terus berlangsung di Darfur meski misi penjaga perdamaian terbesar dunia UNAMID ditempatkan di wilayah Sudah barat itu.
Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID), yang kini berjumlah 23.500 orang dan merupakan misi penjaga perdamaian terbesar di dunia, ditempatkan di Darfur, Sudan barat, sejak 2007 untuk berusaha mengakhiri permusuhan antara pemberontak dan pemerintah Sudan.
PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan. Pemerintah Khartoum menyebut jumlah kematian hanya 10.000.
Pemerintah Sudan menandatangani sebuah perjanjian perdamaian sponsoran Qatar dengan sebuah aliansi kelompok pemberontak tahun lalu, namun kelompok-kelompok besar menolaknya.
Kelompok gerilya utama Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menolak perjanjian itu, yang ditandatangani Sudan dan Gerakan Keadilan dan Kebebasan (LJM), sebuah kelompok pemberontak lain di Darfur.
JEM adalah satu dari sejumlah kelompok Darfur yang memberontak pada 2003 untuk menuntut otonomi lebih luas bagi wilayah barat yang gersang itu. Mereka kini dianggap sebagai kelompok pemberontak yang paling kuat di Darfur.
Perpecahan di kalangan pemberontak dan pertempuran yang terus berlangsung menjadi dua halangan utama bagi perundingan perdamaian yang berlangsung sejak 2003 di Chad, Nigeria dan Libya, sebelum pindah ke Doha.
Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) yang bermarkas di Den Haag mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Sudan Omar al-Bashir pada 2009 atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat. Bashir juga dituduh melakukan genosida dalam surat perintah penangkapan selanjutnya.
Bashir telah membantah tuduhan-tuduhan pengadilan Den Haag dan menyebutnya sebagai bagian dari konspirasi Barat untuk menjatuhkannya. Surat perintah penangkapan itu merupakan yang pertama dikeluarkan pengadilan internasional tersebut terhadap seorang kepala negara yang aktif.
(M014)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012