Magelang (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Merapi hingga kini masih tinggi, guguran lava pijar dan semburan awan panas terus terjadi.Petugas Pengamatan Gunung Merapi Pos Babadan, Ismail di Magelang, Jumat, mengatakan, dari hasil pengamatan pada Jumat dini hari pukul 00.00 hingga 06.00 WIB terlihat asap solfatara berwarna putih dengan tekanan tinggi. Ia menyebutkan, berdasarkan pantauan dari Pos Kaliurang telah terjadi 50 kali guguran lava pijar yang mengarah ke hulu Kali Krasak dan sebagian ke Kali Boyong dengan jarak luncur sekitar dua kilometer. Selain itu juga terjadi guguran lava pijar 88 kali mengarah ke Sungai Gendol dengan jarak luncur 1,5 kilometer. Awan panas yang teramati dari Pos Kaliurang terjadi 11 kali mengarah ke Kali Krasak dan Boyong, berjarak sekitar tiga kilometer dan 15 kali ke Kali Gendol dengan jarak 1,5 kilometer. Berdasarkan hasil rekaman seismograph, gempa guguran lava terjadi 315 kali, awan panas 144 kali, multiphase 35 kali, gempa vulkanik dua kali, dan gempa tektonik 13 kali. Sedangkan keadaan pada pukul 06.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB, asap solfatara berwarna putih dengan tekanan lemah berdasarkan pengamatan dari Pos Babadan, katanya. Awan panas yang dapat diamati dari Kaliurang terjadi dua kali ke arah Sungai Gendol dengan jarak dua kilometer. Guguran lava pijar terjadi 57 kali menuju hulu kali Krasak dan Boyong dengan jarang dua kilometer, 28 kali menuju Kali Gendol berjarak 1,5 kilometer. Sedangkan berdasarkan rekaman seismograph terjadi guguran lava pijar 87 kali, awan panas 35 kali, multiphase enam kali, dan gempa tektonik dua kali. Ia mengatakan, dengan kondisi aktivitas Merapi yang masih tinggi tersebut, masyarakat di sepanjang aliran sungai yang berhulu di lereng Merapi seperti Sungai Boyong, Bedog, Gendol, Woro, Krasak, Sat, dan Senowo tidak boleh melakukan aktivitas di sungai ini dengan radius tujuh kilometer dari puncak Merapi. "Disarankan agar 300 meter dari tebing sungai juga dikosongkan karena dapat terancam awan panas," demikian katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006