Singapura (ANTARA) - Dolar mengincar kenaikan mingguan pertamanya dalam lebih dari sebulan pada Jumat, karena taruhan untuk kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS pada Mei menguat, meskipun kenaikannya dibatasi oleh data ekonomi lemah yang menunjukkan ekonomi melambat.
Di Asia, inflasi konsumen Jepang tetap stabil di atas target bank sentral pada Maret, dengan indeks utama mencapai tertinggi empat dekade, memberikan tekanan pada bank sentral Jepang (BoJ) untuk beralih dari sikap kebijakan moneter yang sangat longgar.
Dolar tergelincir terhadap yen Jepang di awal perdagangan Asia, meskipun naik terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya, dengan indeks dolar AS naik tipis 0,06 persen menjadi 101,84.
Indeks, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, berada di jalur untuk kenaikan mingguan lebih dari 0,2 persen setelah lima minggu berturut-turut mengalami kerugian, dikutip dari Reuters.
Meningkatnya ekspektasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Mei telah memberikan beberapa dukungan kepada greenback. Pasar uang sekarang memperkirakan peluang 84,5 persen untuk kenaikan seperti itu bulan depan, dibandingkan dengan peluang 67 persen seminggu yang lalu, menurut alat CME FedWatch.
Terhadap dolar, euro tergelincir 0,03 persen menjadi 1,0967 dolar, sementara sterling turun 0,09 persen menjadi 1,24325 dolar.
Namun, kenaikan greenback dibatasi setelah data AS yang dirilis pada Kamis (20/4/2023) menambah kekhawatiran resesi yang berkembang.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat moderat minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja secara bertahap melambat. Sebuah laporan terpisah dari Fed Philadelphia menunjukkan ukuran aktivitas pabrik di wilayah mid-Atlantic jatuh ke level terendah dalam hampir tiga tahun pada April.
"Ekonomi AS sedang menuju resesi," kata Joseph Capurso, kepala ekonomi internasional dan berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia (CBA). "Kami pikir (akan) berada dalam resesi mungkin sekitar pertengahan tahun.
"Tapi masalah bagi Fed adalah inflasi masih kokoh pada tingkat yang lebih tinggi, jadi kami masih berpikir Fed akan menaikkan suku bunga setidaknya sekali lagi."
Perekonomian Jepang juga menunjukkan tanda-tanda tekanan harga yang meluas, dengan data yang keluar pada Jumat menunjukkan indeks harga konsumen inti naik 3,1 persen pada Maret dari tahun sebelumnya, sementara indeks tidak termasuk biaya bahan bakar naik pada laju tahunan tercepat dalam empat dekade.
Dolar terakhir 0,07 persen lebih rendah terhadap yen di 134,13.
Data Jumat mungkin tetap menghidupkan ekspektasi pasar bahwa BoJ dapat menghentikan program stimulus besar-besaran akhir tahun ini, dengan semua mata tertuju pada pertemuan kebijakan BoJ minggu depan, yang pertama akan dipimpin oleh Gubernur bank sentral baru Kazuo Ueda.
"Saya kira Ueda tidak akan mengubah kebijakan pada pertemuan pertamanya minggu depan," kata Capurso dari CBA. "Tapi ada beberapa petunjuk tentang tinjauan kebijakan, jadi menurut saya itu ... mereka akan pindah dalam beberapa bulan ke depan."
Dalam mata uang lainnya, Aussie terakhir turun 0,07 persen menjadi 0,6738 dolar AS, sedangkan kiwi turun 0,12 persen menjadi 0,61705 dolar AS.
Data yang keluar pada Kamis (20/4/2023) menunjukkan bahwa inflasi harga konsumen Selandia Baru lebih rendah dari ekspektasi pada kuartal pertama, meskipun tetap mendekati level tertinggi dalam sejarah.
Baca juga: Yuan melonjak 235 basis poin menjadi 6,8752 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar AS melemah karena data indikasikan kontraksi ekonomi
Baca juga: Dolar sedikit menguat seiring meningkatnya imbal hasil obligasi AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023