Bogor (ANTARA News) - Hujan yang disertai angin kencang berkekuatan antara 89-102 km per jam, melanda wilayah Bogor, Jabar, Kamis malam menyebabkan pohon-pohon besar tumbang dan seorang korban tewas. Angin berkecepatan sama dengan 48-55 knot itu diakui Staf Analisa Data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Darmaga Bogor, Henri Antoro, Jumat, memang sudah masuk kategori angin yang mampu mencabut akar dan menumbangkan pohon besar, serta merusak bangunan. Diantara pohon-pohon yang tumbang ada yang menimpa kendaraan dan bangunan serta seorang bernama Bambang Purwo Atmojo (41) warga Jalan Wijaya Kusuma IX, Cilendek, Kota Bogor, tewas dalam peristiwa itu saat sebuah pohon besar di Jalan Pajajaran menimpanya. Menurut Hendri, topografi wilayah Bogor yang dikelilingi beberapa gunung diantaranya Gunung Salak, Halimun, Gede, dan Pangrango membuat curah hujan di kawasan ini selalu tinggi. "Sebutan Kota Hujan bagi Bogor itu memang bukan sekedar julukan, namun dikuatkan oleh kondisi topografisnya," katanya. Ia mengemukakan, kejadian pada Kamis malam itu sebenarnya bukan hal yang khusus karena hingga bulan Juli curah hujan di kawasan Bogor memang masih tinggi. "Karena kondisinya seperti itu, maka mau tak mau memang yang kita rekomendasikan adalah masyarakat harus waspada," katanya. Dalam peristiwa hujan yang disertai angin kencang dan sambaran petir intensitas tinggi itu, sedikitnya delapan pohon besar tumbang, yakni di Jl Pajajaran depan gedung Telkom, Jl Jarak Harupat yang berdekatan dengan Kebun Raya Bogor dan di Jl Kapten Muslihat yang menimpa pagar dan area parkir gereja Katedral. Hingga Jumat siang ini, pohon besar yang tercerabut dari akarnya dan menimpa sekitar 11 mobil yang diparkir di area Gereja Katedral sedang dipotong serta dievakuasi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Petir Dari catatan BMG frekuensi terjadinya petir di wilayah Bogor memang sangat tinggi, bahkan untuk ukuran dunia. "Dalam sehari pernah terjadi 1.200 sambaran, dan itu terjadi di antara bulan Maret sampai Mei, sedangkan di luar itu rata-rata 100 sambaran per hari," katanya. Sementara itu, berkaitan dengan petir, Kepala Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr.Ir. Djoko Darwanto dalam satu seminar di Bogor pernah mengungkapkan bahwa jumlah Ground Flash Density atau kepadatan sambaran petir ke tanah di Kota Hujan itu mencapai 15 sambaran per tahun per kilometer persegi (Km2). Artinya, kata dia, capaian itu jelas masuk kategori tinggi di dunia, karena untuk kawasan Eropa saja datanya 0,2 sambaran per tahun per Km2. Mengingat intensitas petir yang frekuensinya cukup tinggi, khususnya saat tiba musim hujan, ia menyarankan jika terjadi petir sebaiknya masyarakat tidak berada di jalanan, di bawah pohon atau menggunakan payung yang ada elemen logamnya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006