Palu (ANTARA News) - Seorang peneliti satwa endemik Sulawesi mengatakan sesuai hasil surveinya yang dilakukan kurun tiga tahun terakhir, ternyata Kepulauan Togean di Teluk Tomini paling banyak menyimpan populasi Babirusa (Babyroussa) di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). "Yang saya temukan di sana sekitar 200-an ekor tersebar di beberapa pulau (besar), tapi jumlah ini kemungkinan jauh lebih banyak sebab penelurusannya masih dalam kawasan terbatas dan belum memasuki seluruh pedalaman," kata Ir Mohammad Yasin di Palu, Jumat (2/6). Dalam survei itu, Yasin bekerjasama dengan seorang profesor biologi asal sebuah universitas terkenaI di Inggeris yang sejak tahun 2002 memantau keadaan habitat Babirusa dan Anoa di semua kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulteng, termasuk kawasan Taman Nasional Lore-Lindu (TNLL) yang berada di perbatasan wilayah Kabupaten Donggala dan Poso yang selama ini dikenal sebagai habibat satwa Babirusa terbesar di Pulau Sulawesi. Menurut dia, banyaknya populasi Babirusa di Kepulauan Togean yang terletak di tengah Teluk Tomini lebih dikarenakan tidak adanya aksi perburuan liar yang dilakukan oleh masyarakat setempat sebab hampir 100 persen penduduknya beragama Islam dan mengharamkan mengkonsumsi ternak sejenis babi. Selain itu, habitat kondisi hutan di gugusan kepulauan tersebut umumnya masih perawan, sehingga habitat Babirusa yang merupakan ternak liar tersebut belum banyak terganggu. "Kondisi ini amat berbeda dengan yang terdapat di TNLL. Populasi Babirusa di sana tiap tahun menyusut sangat drastis karena maraknya perburuan liar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat di sekitarnya yang umumnya memeluk agama Nasrani," tuturnya, seraya menambahkan untuk menemukan satwa Babirusa di TNLL saat ini seseorang harus melakukan pengintaian selama beberapa hari baru kemudian bisa melihatnya, tapi itu pun hanya bisa disaksikan beberapa ekor saja. Yasin yang mantan aktivis LSM "The Nature Conservation" juga mengatakan, di semua kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulteng hingga saat ini masih terdapat populasi Babirusa, tapi jumlahnya sudah sangat terbatas. Populasi satwa langka itu memiliki banyak jenis, namun untuk membuktikan keberadaan satwa ini di masing-masing daerah (kabupaten) berasal dari kelompok mana masih memerlukan tes DNA. "Masih memerlukan penelitian gen untuk mengatahui asal kelompoknya dan kalau di Indonesia baru bisa dilakukan di laboratorium IPB Bogor," katanya. Babirusa merupakan salah satu hewan berkaki empat dengan bentuk fisiknya mirip babi, namun tubuhnya sedikit lebih besar dari ternak babi peliharaan. Hewan yang senang memakan tumbuh-tumbuhan dan gemar tinggal di tanah berlumpur itu di bagian kepalanya memiliki dua cula panjang seperti rusa. Ternak ini adalah satwa endemik Sulawesi, selain Anoa, Tarsius (Kera kecil), Musang coklat, burung Maleo, dan burung Rakong (Allo), yang kesemuanya sejak tiga dekade terakhir dinyatakan dilindungi oleh PBB karena pupulasinya sudah sangat terbatas. (*)
Copyright © ANTARA 2006