Kendala yang kami hadapi sejak memulai industri makanan ini adalah kurangnya suplai bahan utama pembuat makanan, yakni cumi-cumi.

Pangkalpinang (ANTARA News) - Pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) makanan berbahan dasar olahan ikan di Kota Pangkalpinang mengeluhkan kekurangan bahan pokok.

"Kendala yang kami hadapi sejak memulai industri makanan ini adalah kurangnya suplai bahan utama pembuat makanan, yakni cumi-cumi," kata pengelola industri makanan cumi-cumi crispy, Kharisma Hardy, di Pangkalpinang, Senin.

Kharisma mengatakan, setiap pagi dirinya harus pergi ke tempat pelelangan ikan di pelabuhan Pangkal Balam untuk mendapatkan cumi-cumi terbaik. Meski tiap pagi sudah rebutan, tapi hasil yang didapat cuma sedikit, paling banyak 50 kilogram.

Kharisma berharap pemerintah dapat membantu agar nelayan bisa meningkatkan hasil tangkapannya sehingga mendorong produksi industri olahan ikan seperti miliknya.

Kharisma menjelaskan, untuk 50 kilogram cumi-cumi hanya dapat dibuat sebanyak 100 ons makanan cumi-cumi goreng kering. Kharisma memilih untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai PR di sebuah rumah sakit ternama di Pangkalpinang untuk menjadi seorang wirausahawan.

"Padahal permintaan kami cukup banyak, kalau setiap hari hanya memproduksi 10 kg, kami rasa masih sangat kurang untuk mengembangkan produk kami hingga ke tingkat nasional," katanya.

Sementara itu, berdasarkan pemerintah Kota Pangkalpinang menyatakan, potensi perikanan tangkap di kota dengan luas wilayah daratan 89,40 km, dan luas Wilayah perairan laut 65.301 km tersebut cukup besar. Dengan wilayah perairan laut sebesar 79,9 persen dari total luas wilayah keseluruhan, hasil tangkapan ikan Kota Pangkalpinang terus menunjukkan kenaikan.

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), pada 2009, jumlah hasil ikan tangkapan 19.78 ton, lalu meningkat hampir 9 persen pada 2010 yakni 23,68 ton, dan meningkat 1,3 persen pada 2011 menjadi 24,3 ton.
(I027)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012