Padang, (ANTARA News)- Rata-rata anggrek alam (Corchdaceae) dan masuk jenis frola langka di kawasan hutan alam Provinsi Sumatera Barat, kini semakin terancam, akibat tindak kerusakan hutan dan aktivitas perburuan liar.
"Dua tahun terakhir spesies jenis tumbuhan langka itu terus menyusut hingga 40 persen," kata Penyidik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Provinsi Sumbar, Djoko Sumarjo, di Padang, Jumat (2/6).
Menurut dia, sebanyak 30 jenis anggrek alam yang terdapat di kawasan hutan alam Sumbar, jumlahnya terus menyusut dan beberapa diantaranya sudah sulit ditemui.
Ia mencontohkan, jenis anggrek vanda, anggrek pensil, dan anggrek teratai kini sudah sulit dilacak meskipun ada jenis populasinya langka itu atau hanya tersisa beberapa pohon saja.
"Jenis anggrek alam ini sangat diminati dan punya nilai jual tinggi, akibatnya keberadaan tumbuhan itu semakin terancam," katanya dan menambahkan, pemburu anggrek dapat dipidana dengan merujuk pada UU No 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.
Kawasan hutan yang kaya jenis aggrek ini berada di Taman Nasional Pulau Siberut, satu wilayah hutan yang memiliki pohon bermutu tinggi, dan terdapat banyak suku anggrek.
Data terakhir tercatat 25 jenis anggrek terdapat di pulau itu, dan dominan jenis anggrek Bulan Putih (Phalaenopsis amabilis).
Jenis anggrek ini sangat diminati, yang memiliki bunga berwarna putih, daun daging tebal dan dalam satu bunga terdapat 7-15 kuntum.
Selain itu, juga terdapat jenis anggrek Coelogyne Incrasata, Eria nutans, dan Dendrobium paphillum.
Guna menjaga kelestarian jenis anggrek itu, menurut dia, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, terutama bermukim di sekitar kawasan hutan untuk peduli menjaganya.(*)
Copyright © ANTARA 2006