Perempuan sudah tampil lebih terbuka dari keadaan sebelumnya, pendidikan yang lebih luas telah dirambah oleh perempuan Bali. Hanya saja kehadiran perempuan dalam bidang politik belum cukup memadai,"

Denpasar (ANTARA News) - Akademisi dari Universitas Udayana Prof I Gde Parimartha mengatakan, perempuan Bali sampai saat ini masih perlu berjuang membangun kesetaraan di tengah nilai patriarki yang masih cukup berpengaruh.

"Perempuan sudah tampil lebih terbuka dari keadaan sebelumnya, pendidikan yang lebih luas telah dirambah oleh perempuan Bali. Hanya saja kehadiran perempuan dalam bidang politik belum cukup memadai," katanya saat menjadi pembicara pada seminar "Sosialisasi Peranan Perempuan Dalam Mengangkat Derajat Berbangsa Dan Bernegara, di Denpasar, Sabtu.

Ia tidak memungkiri dalam kehidupan masyarakat Bali, pandangan tradisional terutama berkaitan dengan nilai patriarki masih kuat sehingga kehidupan antara laki-laki dan perempuan masih ada saja yang kurang berimbang.

"Laki-laki yang masih menghegemoni dalam berbagai aspek kehidupan," ujarnya pada seminar yang diselenggarakan oleh Garnita Malahayati Bali Partai Nasdem serangkaian memperingati Hari Ibu.

Oleh karena itu, semestinya kata Parimartha, perempuan Indonesia dapat bercermin dari pandangan-pandangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.

"Ia termasuk perempuan yang cerdas, berani menyampaikan pendapat yang berbeda dengan pandangan tradisi yang mengikat dan kekangan kolonial. Pendidikan dipandang sarana penting dalam memajukan perempuan," ucap sejarawan itu.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Aptisi Wilayah VIIIA Dr Ni Wayan Widhiastini mengatakan, solusi yang dapat dijadikan acuan bagi perempuan yang berkiprah di sektor publik bahwa, perempuan harus mengoptimalkan modal yang dimilikinya.

"Modal berupa keterampilan, pendidikan, dan pengetahuan harus dioptimalkan baik pencapaiannya maupun pemanfaatannya," katanya.

Ia menambahkan, pemanfaatan modal sosial seperti jaringan pertemanan, jaringan sosial, dengan pihak-pihak strategis juga harus dibangun dan yang tak kalah pentingnya tentu saja modal ekonomi uang.

"Perempuan juga harus menyadari hambatan-hambatan yang ada dalam dirinya dan berkompetisi dengan cara sehat," ucapnya yang juga Ketua Bidang Profesi Asosiasi Dosen Indonesia Bali itu.

(KR-LHS/B/I006)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2012