New York (ANTARA) - Harga minyak kehilangan momentum pertumbuhan dan mengalami penurunan material pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena inflasi yang persisten dari Eropa meredam sentimen di tengah penguatan dolar AS menyusul kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga AS dapat mengekang permintaan energi di konsumen utama dunia.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, merosot 1,70 dolar AS atau 2,10 persen, menjadi menetap di 79,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni turun 1,65 dolar AS atau 1,65 persen, menjadi ditutup di 83,12 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Indeks harmonisasi harga konsumen zona euro pada Maret tumbuh 0,9 persen bulan ke bulan, lebih tinggi dari kenaikan 0,8 persen di bulan sebelumnya, menurut data yang dikeluarkan oleh Eurostat, kantor statistik Uni Eropa, pada Rabu (19/4/2023).

Indeks harga konsumen Inggris pada Maret meningkat 10,1 persen tahun ke tahun, lebih tinggi dari konsensus perkiraan pasar sebesar 9,8 persen.

Inflasi panas dari Eropa dan penguatan dolar AS membebani aset-aset berisiko, dengan harga acuan minyak mentah membukukan posisi terendah, menurut perusahaan konsultan energi AS Ritterbusch & Associates.

Dolar AS yang lebih kuat juga dapat merusak permintaan global minyak karena membuatnya lebih mahal di negara lain. Investor juga kecewa dengan inflasi yang masih tinggi di Eropa dan data ekonomi yang tidak merata di China, importir minyak mentah terbesar dunia.

"Harga acuan minyak mentah membukukan ... terendah ... sebagai respons terhadap penguatan dolar AS yang pada gilirannya membebani aset-aset berisiko menyusul beberapa data inflasi panas dari Eropa," kata analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates.

"Kami masih percaya bahwa pasar terlalu fokus pada sisi penawaran dari penyamaan minyak global setelah pengurangan produksi OPEC dan permintaan minyak dunia secara signifikan lebih lemah daripada yang dirasakan secara luas," kata catatan itu.

Selain itu, stok bensin AS mengalami peningkatan besar sebesar 1,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 14 April, meskipun persediaan minyak mentah komersial AS mencatat penurunan lebih besar dari perkiraan sebesar 4,6 juta barel, menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Energi AS pada Rabu (19/4/2023).

Data persediaan mingguan bullish yang dikeluarkan oleh American Petroleum Institute (API) pada Selasa (18/4/2023) malam gagal meningkatkan sentimen pasar.

Bullish di pasar minyak menghadapi tantangan besar karena katalis bullish berdampak pada sentimen, kata catatan penelitian oleh PVM Oil Associates pada Rabu (19/4/2023).


Baca juga: Rubel Rusia sedikit melemah jelang dua lelang obligasi OFZ
Baca juga: Harga minyak turun di Asia terseret potensi kenaikan suku bunga Fed
Baca juga: Minyak naik di awal sesi Asia didorong penurunan stok AS, data China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023