Bagdad (ANTARA News) - Serdadu Amerika Serikat di Irak akan mendapat pelatihan tambahan untuk memperbaiki tingkah laku di bidang hukum dan etika, kata tentara hari Kamis di tengah peningkatan silang pendapat tentang tuduhan pembantaian oleh Marinir negara adidaya itu tahun 2005.
"Dari hampir 150.000 tentara gabungan di Irak saat ini, 99,9 persen di antaranya melaksanakan tugasnya secara sempurna tiap hari," kata Letnan Jenderal Peter W Chiarelli, jenderal nomor dua Amerika Serikat di Irak, dalam pernyataannya.
"Sayangnya, ada beberapa orang, yang kadangkala, melakukan kesalahan perilaku," kata Chiarelli seperti dikutip AFP.
Dalam pelatihan baru itu, yang dijadwalkan berlangsung pada 30 hari mendatang, balatentara Amerika Serikat akan menerima "pelatihan nilai dasar ksatria, yang menitikberatkan kepentingan mengacu pada ukuran hukum, moral dan etika di medan laga".
Pelatihan itu akan menekankan "nilai ketentaraan profesional dan kepentingan disiplin, nilai profesional dalam pertempuran, kebudayaan Irak dan dampak tindakan aturan kedua dan ketiga, yang bertentangan dengan nilai ketentaraan profesional".
"Sebagai tentara profesional, penting bagi kami meluangkan waktu untuk memancarkan nilai, yang memisahkan kami dari musuh," kata Chiarelli, "Tantangan kami ialah meyakinkan bahwa tindakan beberapa orang tidak merusak karya bagus yang banyak."
Pengumuman itu muncul sesudah "Washington Post" mengabarkan penyelidikan tentara Amerika Serikat atas pembunuhan 24 warga di Haditha di Irak barat oleh Marinir-nya akan menyimpulkan bahwa keterangan salah diberikan tentang masalah itu dan mengusulkan perubahan dalam cara pelatihan balatentara negara adidaya itu.
Suratkabar itu menyatakan penyelidikan tiga bulan tersebut, satu dari dua penyelidikan tentara atas peristiwa 19 November 2005 di Haditha, diperkirakan diserahkan kepada panglima pada ahir pekan ini.
Silang pendapat akibat kejadian Haditha itu, dinyatakan Presiden George W Bush merepotkan, muncul di atas skandal pelanggaran oleh balatentara Amerika Serikat terhadap tahanan Irak di penjara Abu Ghraib, yang merusak-beratkan citra negara adidaya tersebut di Irak.
Belum selesai masalah itu, badan keamanan gabungan Amerika Serikat-Irak hari Rabu menyatakan serdadu negara adidaya itu "tanpa sengaja" membunuh dua wanita, satu di antaranya hamil, yang akan ke rumahsakit bersalin di utara Bagdad.
Laporan badan gabungan balatentara Irak dan Amerika Serikat di propinsi Salahaddin menyatakan kedua wanita itu ditembak dan tewas di kota kecil Mutasim hari Selasa.
Pernyataan singkat Pusat Kendali Gabungan itu menyebut nama korban tersebut Saleha Mohammad (55 tahun) dan Nabiha Nasif (35 tahun).(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006