Peluang calon presiden alternatif sangat kecil karena mencermati dinamika sepanjang tahun 2012 elite partai politik saling berlomba untuk tampil sebagai calon presiden,"

Jakarta (ANTARA News) - Alumni Kelompok Cipayung memprediksi peluang calon presiden alternatif pada pemilu presiden 2014 sangat kecil karena sulitnya memperoleh dukungan partai politik.

"Peluang calon presiden alternatif sangat kecil karena mencermati dinamika sepanjang tahun 2012 elite partai politik saling berlomba untuk tampil sebagai calon presiden," kata Alumni PMII La Ode Ida pada diskusi Refleksi Akhir Tahun 2012 bersama Alumni Kelompok Cipayung, di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat.

Pembicara lainnya pada diskusi tersebut adalah PB IKA PMII A Effendy Choirie, Anggota KAHMI Bambang Soesatyo, Alumni PMKRI Hermawi F Taslim, Alumni GMNI Riad Choliq dan Eva Kusuma Sundari, serta Alumni GMKI Yusmik.

Menurut La Ode Ida, mencermati dinamika partai politik sepanjang tahun 2012 mulai memunculkan wacana calon presiden dari elite partai yang bersangkutan.

"Bahkan dalam satu partai politik, ada yang elitenya saling berebut pengaruh untuk menuju bursa calon presiden," katanya.

Padahal, kata dia, tokoh masyarakat yang mulai disebut-sebut sebagai calon presiden alternatif memiliki kemampuan dan rekam jejak yang baik, misalnya Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Wakil Ketua DPD RI tersebut memberikan gambaran pada pemilukada DKI Jakarta yang dimenangkan oleh Jokowi.

Menurut La Ode Ida, Jokowi bukanlah elite dari partai politik tapi profesional yang diusung oleh partai politik dan hasilnya terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta yang mengalahkan calon yang diusung oleh sejumlah partai politik.

"Anehnya, fenomena Jokowi ini tidak dijadikan pelajaran berharga oleh pemimpin partai politik yang tetap bersikukuh mengusung kadernya sebagai calon presiden," katanya.

Bahkan, kata dia, kader suatu partai politik yang dari beberapa kali hasil survei oleh lembaga survei, tingkat elektabilitasnya rendah tetap diusung sebagai calon presiden.

"Ini menunjukkan partai politik lebih mengutamakan nafsu kekuasaan daripada mengakomodasi aspirasi rakyat. Partai politik seperti ini tidak sensitif terhadap suara rakyat," katanya.

Alumni PMII lainnya, Effendy Choirie mengingatkan, agar rakyat cermat dan cerdas dalam memilih calon presiden pada pemilu presiden 2014.

(R024/I007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012