Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah tokoh nasional Indonesia menyatakan, pembangunan berbagai fasilitas dan sarana moderen yang semakin marak justru semakin menyengsarakan rakyat miskin.
Hal itu disampaikan ekonom Sri Edi Swasono, mantan KSAD Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu dan mantan Ketua DPR Akbar Tandjung saat berorasi pada acara peringatan Hari Kelahiran Pancasila di Gedung Proklamasi, Jakarta, Kamis.
"Keberadaan pusat perbelanjaan modern mengakibatkan rakyat kecil semakin sengsara karena telah menggusur pasar tradisional sebagai lahan kehidupan mereka," kata Sri Edi Suwasono.
Selain pembangunan bidang ekonomi yang kian menyingkirkan rakyat miskin, menurut dia, pendidikan nasional juga tidak lagi memperhatikan dan memikirkan nasib rakyat kecil karena pendidikan sekarang sudah dikomersilkan.
"Sekarang sekolah didirikan bukan untuk mencerdaskan bangsa, namun hanya berorientasi mencari keuntungan, sehingga jangan harap anak orang miskin dapat menuntut ilmu secara gratis," ujarnya.
Hal senada dikatakan Ryamizard Ryacudu, bahwa kondisi kehidupan bangsa yang tidak lagi menjunjung tinggi Pancasila telah mengakibatkan kehidupan rakyat Indonesia semakin jauh dari nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.
"Lunturnya amalan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tercermin pada pelaksanaan pembangunan bidang ekonomi yang bersifat liberal, serta kehidupan sosial yang semakin melebarkan jurang pemisah antara orang kaya dengan rakyat miskin," katanya.
Dia mencontohkan, sejumlah sekolah luar biasa yang didirikan khusus bagi orang kaya secara tidak sadar telah menciptakan kehidupan sosial masyarakat terkotak-kotak sesuai dengan tingkat ekonomi dan pendidikan.
Sementara itu mantan Ketua DPR Akbar Tandjung mengatakan, semua perbedaan yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia, baik menyangkut suku, ras, maupun agama, hendaknya justru menjadi perekat untuk menyatukan rakyat.
Dia menilai, Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa sudah diselewengkan, antara lain pada aspek pembangunan ekonomi bangsa Indonesia yang semakin menyengsarakan rakyat miskin.
Dalam acara itu, tampak hadir pula sejumlah tokoh nasional antara lain, mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, mantan Menhankam/Pangab Jenderal (Purn) Wiranto, mantan Menkeu Fuad Bawazier, Djafar Assegaf, dan sejumlah tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu serta Budha.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006