Kita optimistis, tapi tetap berhati-hati"
Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengaku optimistis perekonomian nasional pada 2013 berada dalam situasi yang baik dan stabil, dengan pertumbuhan diperkirakan pada kisaran 6,5 persen-6,7 persen.
"Kita optimistis, tapi tetap berhati-hati. Pertumbuhan pada 6,5 persen-6,7 persen apabila Eropa cepat membaik dan harga komoditas tidak fluktuatif," ujarnya dalam acara pemaparan economic outlook 2013 di Jakarta, Kamis.
Ikut hadir dalam acara tersebut Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah, Ketua Apindo Sofjan Wanandi dan anggota DPR RI Arif Budimanta.
Hatta menjelaskan Indonesia saat ini merupakan salah satu negara yang berpeluang menjadi pasar produksi dunia dan menjadi daerah tujuan investasi. Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan potensi Indonesia dalam perekonomian global.
Namun, ia mengingatkan perlunya pembenahan dalam daya saing berupa penataan sistem logistik nasional melalui pembangunan sarana infrastruktur di daerah terpencil serta menjaga daya beli masyarakat melalui konsumsi domestik.
"Ini merupakan persoalan penting yang harus kita selesaikan dalam waktu cepat untuk menjaga pertumbuhan," katanya.
Hatta mengatakan sebagai antisipasi dalam menahan gejolak ekonomi yang masih mungkin terjadi pada 2013, pemerintah juga telah menyiapkan berbagai langkah seperti meningkatkan koordinasi fiskal dan moneter.
"Untuk itu saya mendesak teman-teman di DPR untuk menyelesaikan UU JPSK, karena yang lain protokol kita siap, apalagi kita sudah dalam masa transisi OJK. Kita antisipasi dengan ketat hal-hal seperti ini," ujarnya.
Kemudian, mencegah timbulnya persepsi yang salah dari masyarakat terhadap dampak negatif krisis ekonomi dunia, menciptakan stimulus dan bantalan untuk meredam dampak terhadap pasar domestik, industri dan pelaku usaha maupun masyarakat.
"Salah satu hal yang dapat diupayakan adalah menerapkan `keep buying strategy` agar perekonomian tetap tumbuh," kata Hatta.
Selain itu, Hatta memastikan pemerintah akan terus memperkuat pondasi dan struktur ekonomi agar tidak bertumpu pada kekuatan domestik dan membenahi sumber kerawanan terhadap guncangan ekonomi.
"Kita telah siap dan belajar dari krisis terdahulu pada 1997 dan 2008," katanya.
Namun, Hatta mengingatkan mengenai kondisi perpolitikan nasional menjelang pemilihan umum 2014 yang dapat menganggu kondisi perekonomian nasional. Untuk itu, ia meminta semua pihak untuk saling menjaga diri.
Pemerintah pun mempertimbangkan banyak hal, ketika ingin memberlakukan keputusan yang dapat meresahkan masyarakat seperti kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada 2013.
"Dalam situasi seperti itu penting untuk menjaga konsumsi dalam negeri dengan baik, jangan sampai kita kehilangan momentum pertumbuhan, makanya tidak gampang ambil keputusan terkait risiko politik," katanya.
Ketua Apindo Sofjan Wanandi menambahkan masalah infrastruktur yang belum memadai dan belum jelasnya kepastian hukum yang merupakan faktor jaminan kemudahan berusaha, menjadi kendala utama untuk meningkatkan pertumbuhan nasional.
"Banyak situasi yang dapat memperlambat pembangunan infrastruktur, karena apapun yang dikatakan terkait minat investasi ke kita, kalau infrastrukturnya tidak ada, optimisme berubah," ujarnya.
Untuk itu, ia meminta kerja keras pemerintah apabila ingin mencapai target pertumbuhan ekonomi dalam APBN sebesar 6,8 persen serta meningkatkan efisiensi anggaran untuk belanja yang lebih produktif.
"Saya tidak percaya ekonomi kita akan bagus terus. Saya ingin ingatkan untuk `prepare for the worst` karena kita sudah bagus kemarin. Tapi kita harus bersiap agar kalau jatuh jangan sampai di bawah enam persen," ujar Sofjan.
(S034/A035)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012