New York (ANTARA) - Tekanan sosial, perundungan, dan isu-isu akademis adalah hal-hal yang harus dikhawatirkan oleh anak-anak di Amerika Serikat (AS), namun, saat ini, menurut orang tua mereka, terdapat kekhawatiran lain yang juga membebani sebagian besar anak-anak, yakni prospek terjadinya kekerasan dengan senjata api, menurut survei terbaru CBS News/YouGov.
"Hal ini juga semakin membebani para orang tua; kekhawatiran di antara para orang tua Amerika kini bahkan lebih tinggi daripada musim panas tahun lalu," demikian dilaporkan CBS News pada Minggu (16/4).
"Saat ini, setidaknya 77 persen orang tua merasa cukup khawatir. Tahun lalu, angkanya sudah cukup tinggi, yakni 72 persen. Enam dari 10 orang tua mengatakan bahwa anak-anak mereka mengungkapkan kekhawatiran terkait kekerasan dengan senjata api, baik sering atau kadang-kadang," papar laporan tersebut, mengutip hasil jajak pendapat yang dilakukan pada 12-14 April.
"Meski tidak setinggi kekhawatiran yang sudah lama dirasakan anak-anak terkait hal-hal seperti perundungan dan tekanan sosial, isu kekerasan dengan senjata api memang mengkhawatirkan bagi sebagian besar keluarga di kota dan pinggiran kota; bagi mereka yang berpenghasilan tinggi dan rendah; seluruh kelompok ras; dan di setiap wilayah di negara tersebut. Singkatnya, kekhawatiran yang dirasakan anak-anak terkait kekerasan dengan senjata api dilaporkan hampir di semua wilayah," ungkap laporan itu.
Warga Amerika secara keseluruhan mengaku "frustrasi" perihal debat senjata api politik, dengan jumlah yang lebih tinggi dibanding opsi jawaban lain yang dapat mereka pilih, bahkan melebihi opsi "marah" dan jauh lebih banyak daripada opsi "puas". Kekerasan dengan senjata api secara khusus dianggap sebagai salah satu isu yang sangat penting oleh hampir dua pertiga warga Amerika, menurut laporan tersebut.
"Perasaan frustrasi itu mungkin saja secara parsial disebabkan oleh kebanyakan warga Amerika yang tidak melihat bahwa partai politik mana pun bekerja dengan efektif dalam menjaga masyarakat tetap aman dari kekerasan senjata," tambah laporan tersebut sebagaimana Xinhua.
Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2023