Saya percaya dia. Dia akan menyelamatkan negara iniSeoul (ANTARA News) - Park Geun-hye, putri penguasa militer Korea Selatan yang memenangi pemilihan Presiden pada Rabu (19/12) dan akan menjadi perempuan presiden pertama di negaranya, berjanji akan bekerja untuk memulihkan masyarakat yang terbagi.
Perempuan konservatif berusia 60 tahun itu akan kembali ke istana kepresidenan Seoul, tempat dia menjadi Ibu Negara bagi sang ayah pada 1970-an karena ibunya dibunuh pria bersenjata pendukung Korea Utara.
Dari 88 persen lebih suara terhitung, Park memimpin dengan perolehan suara 51,6 persen, mengungguli penantangnya, pengacara hak asasi manusia sayap kiri, Moon Jae-in, yang hanya mendapat dukungan suara 48 persen. Perolehan dukungan Park memaksa Moon mengakui kekalahan.
Pendukung Park yang bergembira berani melawan suhu di bawah nol untuk mengumandangkan namanya dan mengibarkan bendera Korea Selatan di luar rumahnya. Saat memasuki markas partainya, Park disambut dengan teriakan "presiden."
Park yang mengenakan syal merah, warna partainya, dengan senang hati mendatangi kerumunan untuk menggapai tangan-tangan pendukungnya, demikian laporan Reuters.
"Ini adalah kemenangan yang dibawa oleh harapan rakyat untuk melalui krisis dan untuk pemulihan ekonomi," katanya kepada para pendukung yang berkumpul di pusat Seoul.
Park akan mengambil alih kantor untuk menjalankan kewajiban memimpin negara selama lima tahun, Februari mendatang. Dia akan menghadapi masalah dengan Korea Utara dan tantangan mengatasi perekonomian yang laju pertumbuhan tahunannya turun sekitar dua persen dari rata-rata 5,5 persen dalam beberapa dekade pertumbuhan tingginya.
Dia yang tidak menikah dan tidak punya anak, mengatakan, kehidupannya hanya akan dia dedikasikan untuk negara.
Perempuan yang menjadikan mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcer dan kanselir Jerman Angela Merkel sebagai panutan itu menghabiskan 15 tahun waktunya di dunia politik sebagai pemimpin parlemen di partai berkuasa Saenuri, meski kebijakannya bersahaja.
Dia punya "Komite Promosi Kebahagiaan" dan meluncurkan kampanye "Kampanye Kebahagiaan Nasional," slogan yang dia ubah dari "Perempuan Presiden yang Siap."
Beda pandangan
Pandangan masyarakat Korea Selatan tentang Park dan ayahnya, Park Chung-hee, yang memerintah selama 18 tahun dan mengubah negara itu dari reruntuhan Perang Korea tahun 1950-1953 menjadi negara industri besar, masih terbagi.
Bagi sebagian orang konservatif, Park Chung-hee adalah Presiden Korea Selatan paling besar dan pemilihan anaknya akan membuktikan kebenaran pemerintahannya. Sementara pihak lawan menyebut dia "diktator" yang menginjak-injak hak asasi manusia dan menenggelamkan perbedaan pendapat.
"Saya percaya dia. Dia akan menyelamatkan negara ini," kata Park Hye-sook (67) yang memilih di daerah makmur Seoul.
"Ayahnya...menyelamatkan negara ini," kata ibu rumah tangga dan nenek yang tidak punya hubungan apapun dengan kandidat presiden itu.
Bagi orang-orang yang lebih muda, perhatian utamanya adalah ekonomi dan pekerjaan bergaji baik di negara yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami ketidaksetaraan pendapatan itu.
"Sekarang harga satu hamburger McDonald 5.000 won (4,66 dolar AS) jadi kau tidak bisa membeli satu burger McDonald dengan gaji yang kau dapat setiap jam. Hidup sudah berat bagi dua anggota keluarga. Kalau ada anak, ini akan lebih berat lagi," kata Cho Hae-ran (41), yang menikah dan bekerja di sebuah perusahaan perdagangan.
(M035)
Pewarta: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2012