... penyelesaian dua-negara bertambah buruk... "
Markas Besar PBB, New York (ANTARA News) - Rusia menyerukan Israel menghentikan rencananya membangun permukiman di wilayah Palestina yang didudukinya dan "memperlihatkan pengekangan diri serta menahan diri dari tindakan sepihak".
Pernyataan tersebut dikeluarkan saat Vitaly Churkin, Wakil Tetap Rusia untuk PBB, Kamis. Selama ini Rusia tidak pernah bersikap secara pasti tentang langkah Israel di wilayah Palestina, tidak seperti sikap Rusia atas konflik bersenjata di Suriah, di mana mereka menyiratkan dukungan pada pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Asaad.
"Di antara keprihatinan utama ialah kegiatan permukiman Israel di wilayah pendudukan Palestina, termasuk Jerusalem Timur dan keputusan untuk membekukan pengiriman pajak dan hasil bea cukai buat pemerintah Otonomi Nasional Palestina," kata Churkin.
"Bukan hanya itu secara negatif mempengaruhi hubungan Israel-Palestina, tapi juga membuat penerapan formula penyelesaian dua-negara jadi dipertanyakan," katanya.
Penyelesaian dua-negara, yang mendapat dukungan luas masyarakat internasional, berarti Israel yang aman hidup dalam kedamaian dengan negara Palestina Merdeka.
Belum lama ini, Israel telah menyetujui beberapa rencana permukiman buat ribuan rumah baru di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jerusalem Timur, yang direbut Israel pada 1967, sehingga membuat Presiden Pemerintah Otonomi Nasional Palestina, Mahmoud Abbas, menuduh Israel melewati garis merah.
"Situasinya bisa diredam, kalau saja Israel mau mempertimbangkan kembali rencana pembangunan permukiman buat E1 di Jerusalem Timur dan melanjutkan penyerahan uang buat Pemerintah Otonomi Nasional Palestina," kata Churkin sebagaimana dikutip Xinhua, Kamis pagi.
Rusia juga menyerukan dilanjutkannya pembicaraan antara Palestina dan Israel, yang telah macet lagi sejak pemungutan suara di Sidang Majelis Umum PBB pada 29 November guna meningkatkan status Palestina menjadi negara pengamat non-anggota.
Saat menyampaikan kembali peran Rusia dalam proses perdamaian tersebut, Churkin berkata, "Rusia akan terus secara aktif memfasilitasi secara bilateral serta multilateral, termasuk melalui Kuartet Timur Tengah, guna mewujudkan perdamaian yang berkesinambungan dan abadi antara Palestina dan Israel. Kuartet itu terdiri atas Amerika Serikat, PBB, Rusia dan Uni Eropa."
Rabu pagi, Jeffrey Feltman --Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Politik-- memberitahu Dewan Keamanan, yang memiliki 15 anggota, kemungkinan bagi penyelesaian dua-negara bertambah buruk dan 2013 akan menjadi tahun penentuan dalam proses perdamaian.
Meskipun tak ada pernyataan atau resolusi resmi yang disetujui oleh Dewan Keamanan dalam pertemuan itu, Rusia, Uni Eropa, Gerakan Non-Blok, China, India, Brazil dan Afrika Selatan --semuanya-- berbicara menentang kegiatan permukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki.
(C003)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012