Jakarta (ANTARA News) - Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan, pemerintah akan menolak segala bentuk tawaran pinjaman luar negeri untuk membantu korban bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. "Pinjaman luar negeri kita hindari, meski ada beberapa negara yang menawarkan pinjaman lunak termasuk ADB (Asian Development Bank). Kita akan utamakan hibah," kata Paskah usai mengikuti acara HUT Pancasila di Jakarta, Kamis. Sebelumnya, sejumlah tawaran pinjaman dan hibah dari negara dan lembaga donor internasional datang ke pemerintah Indonesia untuk membantu pemerintah menanggulangi dampak dari bencana gempa bumi di Yogyakarta yang terjadi Sabtu (27/5) lalu. Catatan Departemen Luar Negeri RI menyebutkan, total bantuan yang dijanjikan sejumlah negara dan lembaga asing untuk membantu penanganan korban pasca gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah mencapai 47,7 juta dolar AS dari 14 negara dan 1,6 juta Ero dari tiga negara. Bantuan luar negeri dijanjikan datang antara lain dari Cina sebanyak 2,0 juta dolar AS, Kuba dan Arab Saudi 5 juta dolar AS, Jepang 1,11 miliar Yen, Amerika Serikat 2,5 juta dolar AS, Kuwait 4,0 juta dolar AS, Australia Rp21 miliar, Korea Selatan 100.000 dolar AS, Kanada 2,0 juta dolar AS, dan Inggris tiga juta Pound Sterling. Selain itu Malaysia, Singapura, Norwegia, Uni Eropa, Rusia, Perancis dan Jerman juga menjanjikan memberikan bantuan, begitu pula sejumlah lembaga internasional seperti Palang Merah Internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan ADB. Presiden ADB Haruhiko Kuroda juga menjanjikan bantuan dana senilai 60 juta dolar AS yang terdiri dari 10 juta dolar dalam bentuk hibah dan 50 juta lainnya berbentuk pinjaman lunak. Sementara itu Menkeu Sri Mulyani Indrawati yang ditugasi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengkoordinir bantuan luar negeri untuk Yogyakarta, di tempat yang sama mengatakan masalah bantuan untuk Yogyakarta juga akan dibicarakan dengan negara dan lembaga donor Indonesia pada pertemuan CGI 14 Juni mendatang. "Itu direncanakan untuk dibahas. Sementara ini yang kita khususkan adalah hibah dan nial realokasi bantuan untuk Yogyakarta," katanya. Namun, menurutnya hingga sekarang dirinya belum selesai menghitung berapa tawaran bantuan hibah yang masuk karena informasi komitmen untuk memberikan bantuan itu diterima oleh berbagai pihak. "Belum selesai hitungannya, karena ada yang langsung komitmen ke Bakornas ada yang ke Menko Perekonomian," katanya. Menurutnya, bantuan hibah yang masuk antara lain dari Amerika Serikat 5 juta dolar AS, Arab Saudi 5 juta dolar AS, Kuwait 4 juta dolar AS, Islamic Development Bank (IDB) 1 juta dolar AS, ADB 10 juta dolar AS dan Cina 2 juta dolar AS.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006