Balikpapan (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan mendeteksi 24 titik panas di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), sehingga semua pihak diminta untuk mengurangi titik panas tersebut.
"Sebaran titik panas itu langsung kami informasikan kepada pihak terkait agar dapat dilakukan tindakan lebih lanjut," ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan BMKG Balikpapan Diyan Novrida di Balikpapan, Senin.
Baca juga: KLHK deteksi 81 titik panas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia
Sebanyak 24 titik panas tersebut terpantau Senin mulai pukul 01.00 hingga pukul 16.00 Wita dan langsung disampaikan ke instansi terkait, terutama ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) baik di tingkat Provinsi Kaltim maupun kabupaten masing-masing agar segera mendapat penanganan.
Dua hari sebelumnya (Sabtu, 15/4), pihaknya juga mendeteksi 8 titik panas yang tersebar di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Paser ada dua titik, Kutai Timur terdapat tiga titik, dan Kabupaten Berau terdeteksi tiga titik.
"Sebanyak 24 titik panas yang terpantau hari ini tersebar pada dua kabupaten dan berada di titik koordinat berbeda meskipun ada yang masih dalam satu kabupaten maupun kecamatan yang sama," katanya.
Baca juga: KLHK: Jumlah titik panas dan luas karhutla terus menurun
Dua kabupaten itu yakni Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kertanegara. Di Kabupaten Kutai Timur terpantau 21 titik panas yang tersebar di enam kecamatan, yakni Kecamatan Bengalon ada 6 titik, Kaubun 5 titik, Kongbeng 4 titik, Muara Wahau 3 titik, Rantau Pulung 2 titik, dan Telen 1 titik.
Kemudian di Kabupaten Kutai Kartanegara terpantau 3 titik panas yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Marang Kayu, Muara Badak, dan Sebulu yang masing-masing terpantau 1 titik panas.
Ia menjelaskan, sebenarnya bulan April ini masih masuk musim hujan, namun memang terdapat peluang dalam beberapa hari tidak terjadi hujan berturut-turut di sejumlah kawasan, sehingga berakibat pada biomassa yang kering dan rawan terjadi kebakaran lahan dan hutan (karhutla). Oleh karena itu, semua pihak diminta saling menjaga dan waspada.
Baca juga: WRI: Rentan terjadi kebakaran hutan dan lahan pada tahun politik
"Kami mengimbau semua elemen untuk sama-sama menjaga agar tidak terjadi kebakaran, seperti tidak bermain api, tidak membuang puntung rokok sembarangan, tidak melakukan pembakaran saat mengelola lahan, apalagi jika di kawasan tersebut ada hutan atau lahan yang mudah terbakar," kata Diyan.
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023