London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak naik pada Selasa, didorong meningkatnya harapan kesepakatan untuk mencegah "jurang fiskal" kenaikan pajak dan pemotongan belanja di Amerika Serikat, konsumen minyak mentah terbesar di dunia, kata para analis.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Januari, naik 79 sen menjadi 87,99 dolar AS per barel.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari naik 1,16 dolar AS menjadi 108,80 dolar AS per barel pada akhir perdagangan di London.
"Harga minyak mentah `rebound` (berbalik naik) pada Selasa di tengah harapan tentang rincian anggaran AS, setelah pertemuan antara Presiden AS (Barack) Obama dan Ketua DPR John Boehner memberikan beberapa tanda optimis tentang ekonomi AS, menunjukkan potensi untuk `rebound` dalam permintaan minyak AS," kata analis Sucden, Myrto Sokou.
Pada Senin, Obama dan Ketua DPR Boehner dari Republik membuat langkah menuju kesepakatan untuk menghindari krisis pajak dan pengeluaran pada akhir tahun -- yang disebut jurang fiskal -- yang para ahli memperingatkan bisa memicu resesi.
Obama dan Boehner tampaknya telah mencapai kompromi tentang tingkat pendapatan yang akan terpengaruh oleh dorongan Gedung Putih untuk menaikkan pajak pada orang kaya.
Di tempat lain pada Selasa, sebuah laporan mengatakan, batubara ditetapkan akan melampaui minyak sebagai bahan bakar utama dunia dalam satu dekade, didorong oleh pertumbuhan raksasa negara berkembang China dan India, ditambah lagi Eropa menemukan kesulitan untuk mengurangi penggunaannya meskipun mengkhawatirkan polusi.
"Berkat pasokan melimpah dan permintaan yang tak pernah terpuaskan untuk pembangkit listrik dari negara berkembang, batubara memenuhi hampir setengah dari kenaikan permintaan energi global selama dekade pertama abad ke-21," kata Maria van der Hoeven, kepala Badan Energi Internasional (IEA).
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat terus mendongkrak pangsa batubara dalam bauran energi global, "dan jika tidak ada perubahan yang dibuat untuk kebijakan saat ini, batubara akan mengejar minyak dalam satu dekade," katanya dalam sebuah pernyataan.
Proyeksi IEA terbaru memperkirakan konsumsi batubara hampir menyamai konsumsi minyak dalam waktu empat tahun, naik menjadi 4,32 miliar ton setara minyak pada 2017 terhadap 4,4 miliar ton untuk minyak.
Itu memiliki konsekuensi untuk perubahan iklim karena batubara menghasilkan emisi karbon jauh lebih banyak, bertanggung jawab atas pemanasan global daripada emisi bahan bakar lainnya. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012