Dolar AS rebound dari level terendah satu tahun di awal sesi Asia pada Senin pagi.
Singapura (ANTARA) - Dolar Amerika Serikat (AS) rebound dari level terendah satu tahun di awal sesi Asia pada Senin pagi, karena ketahanan dalam penjualan ritel inti AS, kenaikan ekspektasi inflasi jangka pendek dan laba bank Wall Street yang mengesankan meningkatkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga pada Mei.

Sementara penjualan ritel AS turun lebih dari yang diharapkan pada Maret, apa yang disebut penjualan ritel inti, yang tidak termasuk mobil, bensin, bahan bangunan, dan jasa-jasa makanan, turun hanya 0,3 persen bulan lalu, menurut data yang dirilis pada Jumat (14/4).

Menambah data ekonomi AS yang tangguh adalah laporan laba kuartal pertama 2023 yang kuat dari JPMorgan Chase & Co, Citigroup Inc dan Wells Fargo & Co, menghapus kekhawatiran tentang krisis perbankan yang terjadi pada Maret.

Terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, indeks dolar AS naik 0,15 persen menjadi 101,82, berdiri agak jauh dari level terendah satu tahun pada Jumat (14/4) di 100,78.

Jumat (14/4) menandai kerugian mingguan kelima berturut-turut untuk indeks dolar.

Euro turun 0,2 persen menjadi 1,0965 dolar, sementara sterling tergelincir 0,22 persen menjadi 1,2387 dolar AS.

"Laba bank AS keluar jauh lebih baik dari ekspektasi, yang menunjukkan bahwa ekonomi AS tidak terlalu buruk ... Jadi saya pikir itu akan meningkatkan (ekspektasi) bagi The Fed untuk terus menaikkan suku bunga," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets.

Pasar uang sekarang memperkirakan peluang sekitar 81 persen bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan depan, naik dari peluang sekitar 69 persen minggu lalu.

Ekspektasi inflasi jangka pendek juga meningkat, dengan pembacaan awal April oleh University of Michigan menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi satu tahun naik menjadi 4,6 persen dari 3,6 persen pada Maret.

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS melonjak setelah rilis data pada Jumat (14/4), dan tetap tinggi pada Senin.

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, berdiri di 4,1137 persen, setelah mencapai puncak sekitar dua minggu di 4,137 persen pada Jumat (14/4).

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun terakhir di 3,5261 persen.

Beberapa pembicaraan Fed yang hawkish juga membantu ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi, dengan Gubernur Fed Christopher Waller dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa Fed dapat menaikkan 25 basis poin lagi bulan depan.

Dalam mata uang lain, dolar naik 0,16 persen terhadap yen Jepang menjadi 133,96, karena bank sentral Jepang tetap menjadi dovish dengan terus mempertahankan suku bunga sangat rendah.

Aussie tergelincir 0,19 persen menjadi 0,6696 dolar AS, sedangkan kiwi turun 0,39 persen menjadi 0,6186 dolar AS.

Di Asia, serangkaian data ekonomi dari China yang keluar minggu ini menjadi pusat perhatian, karena para pedagang mencari petunjuk tentang bagaimana pemulihan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu berlangsung.

"Kami memperkirakan data aktivitas Maret menunjukkan akselerasi momentum pertumbuhan yang moderat, tetapi (tidak) mungkin melihat kejutan positif yang besar," kata analis di MUFG.

Pekan lalu, China melaporkan lonjakan tak terduga dalam ekspornya pada Maret, yang melonjak 14,8 persen dari tahun sebelumnya, menghentikan penurunan selama lima bulan berturut-turut.

Yuan di pasar luar negeri turun lebih dari 0,1 persen menjadi 6,8807 per dolar AS.
Baca juga: Dolar AS menukik karena inflasi AS terus mendingin Maret 2023
Baca juga: Dolar jatuh karena harga produsen turun, euro capai tertinggi setahun

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023