"Sekarang sedang saya patenkan di Jenewa karena kemarin waktu saya presentasi di Jenewa banyak yang mau beli, saya bilang sebentar ini sedang saya patenkan," kata Tri Rismaharini saat menjadi pembicara dalam Dialog Ramadhan bertajuk "Peran Kartini Mengupas Permasalahan Bangsa" di Masjid Kampus Mardliyyah UGM, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu.
Risma menyebut berinisiatif mengembangkan tongkat tersebut karena teringat salah seorang warga penyandang tunanetra di Kota Surabaya.
Baca juga: Mensos bantu penyandang disabilitas di Ende gunakan tongkat penuntun
Ia mengatakan saat menjadi Wali Kota Surabaya ada salah seorang warga penyandang tunanetra meninggal dunia akibat tidak mengetahui bencana banjir yang tiba-tiba datang.
"Ada warga saya yang tunanetra tidak tahu ada air datang kemudian dia meninggal. Oleh karena itu, saya ciptakan tongkat adaptif, kalau ada air datang tongkat akan berbunyi seperti sirine," ujar dia.
Tidak sekadar mampu mendeteksi banjir, kata Risma, tongkat adaptif tersebut juga mampu memberi peringatan saat muncul api atau objek bersuhu panas di depan penggunanya.
Baca juga: Kemensos siapkan 490 kursi roda dan tongkat sensor untuk disabilitas
Dengan menggunakan tongkat itu, menurut dia, penyandang tunanetra mampu mengetahui keberadaan suatu benda di hadapannya melalui peringatan berupa suara.
"Kalau di depan ada objek tongkat langsung berbunyi 'ada objek, ada objek'," ujar dia.
Selain itu, menurut Risma, tongkat adaptif ciptaannya juga dilengkapi GPS yang berguna untuk mencari lokasi terakhir dari tongkat tersebut.
"Jadi, kalau ada pemakai yang kesasar atau tersesat, kita bisa cari di mana dia," ujar Mensos.
Baca juga: Kemensos salurkan bantuan kaki palsu untuk disabilitas di OKU Sumsel
Kepada salah seorang peserta penyandang tunanetra yang hadir dalam dialog itu, Tri Rismaharini mengatakan akan memberikan tongkat itu secara cuma-cuma. "Nanti saya kasih. Hadiah dari saya," ujar Mensos Risma.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023