Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Desindra Deddy Kurniawan di Palembang, Sabtu, mengatakan potensi cuaca ekstrem itu bisa terjadi, karena saat ini sedang masa transisi dari musim hujan ke kemarau.
“Hal itu ditandai jika pada pagi ke siang hari cuaca itu terasa panas, namun pada sore hari itu tiba-tiba hujan lebat itu biasanya disertai angin kencang yang cukup membahayakan untuk penerbangan,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan risiko yang biasanya terjadi selama cuaca ekstrem pada pesawat.
"Jadi risikonya cukup besar ya untuk cuaca ekstrem ini karena tidak hanya di udara, biasanya pengaruhnya itu pada saat lepas landas dan mendarat ketika ada hujan lebat rasanya pesawat itu ketika mau mendarat harus folding terlebih dulu sampai benar-benar aman," katanya.
Baca juga: BMKG beri dukungan informasi cuaca sepanjang jalur mudik di Aceh
Selain itu, ia juga mengatakan cuaca ekstrem lainnya seperti di laut akan membuat gelombang naik.
"Tinggi gelombang tentu akan sangat pengaruh apalagi sudah mencapai dua meter atau lebih, sehingga kadang mereka itu harus membatalkan alur penyeberangan itu," imbuhnya.
Sementara itu, untuk jalur darat yang harus diwaspadai seperti daerah yang memiliki dataran tinggi dikarenakan saat cuaca ekstrem sering terjadinya longsor.
"Kalau untuk di darat yang diwaspadai itu memang ada titik-titik tertentu contohnya yang perlu diwaspadai itu daerah-daerah dataran tinggi seperti Kabupaten Empat Lawang dan sebagainya, karena kadang kalau hujan sangat lebat atau ekstrem itu bisa terjadi longsor yang dimana itu bisa menutup jalan dan berbahaya untuk pengendara," jelasnya.
Baca juga: BMKG Papua prakirakan cuaca berawan saat awal mudik Lebaran
Baca juga: Gelombang sangat tinggi berpeluang menghampiri laut selatan Jawa Barat
Pewarta: Ahmad Rafli Baiduri
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023