Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis pagi, turun 55 poin menjadi Rp9.275/9.285 (Pkl 09.10 WIB) dibanding penutupan hari sebelumnya pada posisi Rp9.220/9.325 per dolar AS, akibat terus berlanjutnya aksi melepas mata uang lokal. "Spekulasi lepas rupiah untuk mencari untung oleh pelaku pasar makin besar, sehingga mata uang lokal itu terus melemah," kata Direktur PT Bank Niaga Tbk, Catherina Hadiman, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, rupiah dalam perdagangan itu sempat mencapai Rp9.285 per dolar AS, akibat besarnya tekanan negatif pasar, namun kemudian sedikit berkurang, sehingga posisi rupiah berada di level Rp9.275 per dolar AS. Besarnya aksi lepas rupiah menunjukkan adanya kekhawatiran investor asing terhadap ekonomi nasional berkaitan dengan gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta yang telah menimbulkan korban 6.000 orang, katanya. Rupiah, katanya lebih lanjut, seharusnya bergerak naik melihat yen di pasar regional menguat terhadap dolar AS, setelah Bank Sentral AS (The Fed) menyatakan pada pertemuan bahwa mereka masih khawatir dengan inflasi. Inflasi AS diperkirakan akan terus menguat, karena The Fed kemungkinan besar akan kembali menaikkan tingkat suku bunga Federal Fund untuk menahan gejolak yen, katanya. Hal ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa ekonomi AS masih slow down, terutama di sektor perumahan yang masih menunjukkan kelesuan. Namun pelaku pasar saat ini masih memfokuskan data laporan tenaga kerja AS yang sedikit banyak berpengaruh terhadap ekonomi AS, ujarnya. Bank Indonesia kemungkinan besar masih membiarkan kondisi rupiah yang melemah, karena melihat adanya potensi bagi rupiah untuk menguat kembali, tambahnya. Ia mengatakan apabila kondisi seperti ini berlanjut, maka diperkirakan rupiah akan kembali menembus level Rp9.300 per dolar AS, melihat tekanan terus terjadi, meski dolar AS terhadap yen melemah. Dolar AS terhadap yen menjadi 112,55 dibanding hari sebelumnya 112,65, dan euro jadi 144,20 dari sebelumnya 144,30. Melemahnya dolar AS, karena bank sentral AS dalam pertemuannya akan memfokuskan perhatian pada masalah inflasi yang terus menguat dan akan menaikkan tingkat suku bunganya, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006