Jakarta (ANTARA News) - Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia selama triwulan I 2006 mencatat rugi bersih Rp159 miliar, melonjak dibanding rugi bersih triwulan I 2005 sebesar Rp127 miliar. Hal itu terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat PT Garuda Indonesia, PT Merpati Nusantara Airline, PT Kereta Api dengan Komisi VI DPR-RI, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu malam. Dirut Garuda Emirsyah Satar memaparkan, peningkatan rugi usaha perseroan dipicu melonjaknya harga bahan bakar avtur yang menyebabkan kenaikan biaya yang lebih besar. "Walaupun pendapatan perusahaan meningkat, tetapi belum dapat menutupi biaya-biaya yang timbul," ujar Emirsyah. Menurutnya, setiap kenaikan satu sen dolar AS harga avtur akan menambah biaya sekitar 9 juta dolar AS per tahun. Dibanding tahun 2005, lanjutnya, harga avtur pada 2006 telah melonjak sekitar 12 sen dolar AS, sehingga akan terjadi kenaikan beban biaya bahan bakar sekitar 108 juta dolar AS per tahun. Selain bahan bakar, faktor lain penyebab tingginya biaya operasional perseroan adalah biaya perawatan pesawat. "Umur pesawat Garuda rata-rata hampir 11 tahun. Makin tua makin tinggi biaya perawatannya," ujar Emirsyah. Garuda lanjutnya, juga harus menanggung biaya `overhead` yang relatif lebih tinggi dibanding dengan kompetitor. Menanggapi hal itu, anggota Komisi VI Idealisman Dachi berpendapat, terus memburuknya kinerja keuangan Garuda dipicu ketidakberhasilan manajemen menekan biaya operasional. Menurut Dachi, Garuda harus bisa mempercepat perubahan bisnis yaitu melikuidasi anak perusahaan yang tidak memberi keuntungan bagi perusahaan. "Ada beberapa anak perusahaan justru menggerogoti keuangan induk perusahaan. Jadi, Garuda harus fokus pada bisnis inti," kata Dachi. Emirsyah mengatakan, untuk menindaklanjuti program efisiensi itu, manajemen telah menyusun tiga tahapan perbaikan kondisi dan pengembangan Garuda, yang tertuang dalam Update Business Plan 2006-2010. Pada tahap survival (2006-2007), ditekankan pada upaya efisiensi biaya, mengehentikan arus kas negatif, dan menata ulang rute-rute, dan mencari mitra strategis. Tahap kedua, (2008-2009) penekanan pada layanan dan efisiensi serta peningkatan daya saing. Tahap ketiga, tahap pertumbuhan (2010) merupakan masa ekspansi yang ditandai bahwa Garuda siap untuk melakukan privatisasi ataupun penjualan saham kepada publik (IPO).(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006