New York (ANTARA) - Saham Wall Street turun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena rentetan data ekonomi yang beragam tampaknya menegaskan kenaikan suku bunga Federal Reserve lainnya, meredam antusiasme investor setelah sejumlah bank besar AS meluncurkan laporan keuangan kuartal pertama mereka.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 143,22 poin atau 0,42 persen, menjadi 33.886,47 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 8,58 poin atau 0,21 persen, berakhir di 4.137,64 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergerus 42,81 poin atau 0,35 persen, menjadi ditutup pada 12.123,47 poin.

Di antara 11 sektor utama S&P 500, tujuh mengakhiri sesi lebih rendah, dengan sektor real estat paling banyak jatuh. Sementara itu, sektor keuangan menikmati lonjakan persentase terbesar, menguat 1,1 persen.

Ketiga indeks saham utama AS berakhir di posisi merah, tetapi jauh dari posisi terendah sesi. Setelah reli yang kuat pada Kamis (13/4/2023), ketiga indeks saham utama AS masih berhasil membukukan kenaikan mingguan.

"Hari ini kami mengambil sedikit nafas," kata Sal Bruno, kepala investasi di IndexIQ di New York. "Setelah kenaikan tajam kemarin, pasar mungkin sedikit lebih maju."

Citigroup Inc, JPMorgan Chase & Co dan Wells Fargo & Co mengalahkan ekspektasi perolehan laba, diuntungkan dari kenaikan suku bunga dan berkurangnya kekhawatiran akan tekanan dalam sistem perbankan.

"Seperti yang diharapkan, bank-bank besar mungkin tidak terlalu dirugikan oleh gejolak perbankan regional, dan bahkan mungkin diuntungkan," kata Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird di Louisville, Kentucky. "Kami melihat sebagian besar neraca keuangan kuat dan sehat, dan cukup jelas krisis (perbankan regional) tidak sistemik."

Sektor perbankan S&P 500 meningkat 3,5 persen dan JPMorgan Chase melonjak 7,6 persen, persentase kenaikan satu hari terbesar sejak 9 November 2020. Citigroup terangkat 4,8 persen, sementara Wells Fargo 0,1 persen lebih rendah.

Tetapi sejumlah data ekonomi beragam termasuk penjualan ritel, produksi industri dan sentimen konsumen memperkuat ekspektasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin lagi pada pertemuan kebijakan bulan depan.

"Produksi industri dan utilisasi kapasitas lebih kuat dari yang diharapkan," tambah Bruno. "Keduanya menunjuk ke ekonomi yang masih memiliki semangat, yang memberi Fed perlindungan untuk melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga pada Mei hingga Juni."

Harapan tersebut digarisbawahi oleh Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, yang mengatakan kenaikan 25 basis poin lainnya dapat memungkinkan Fed untuk mengakhiri siklus pengetatannya, bahkan ketika Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee meminta bank sentral untuk berhati-hati.

Sekilas, pasar keuangan memperkirakan 74 persen kemungkinan hal itu terjadi, menurut alat FedWatch CME.

Musim laporan keuangan kuartal pertama akan mencapai langkah penuh minggu depan, dengan hasil yang diharapkan dari beberapa perusahaan terkenal termasuk Goldman Sachs Group Inc, Morgan Stanley, Bank of America Corp, Netflix Inc dan daftar panjang bank regional dan industri.

Para analis telah menurunkan ekspektasi, memperkirakan agregat laba S&P 500 akan turun 4,8 persen dari tahun lalu, pembalikan dari kenaikan tahun-ke-tahun 1,4 persen yang diperkirakan pada awal kuartal, menurut Refinitiv.

Sebanyak 9,98 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata 11,31 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Wall St naik setelah data inflasi indikasikan Fed hentikan pengetatan
Baca juga: Wall Street ditutup lebih rendah setelah risalah Fed dan data inflasi
Baca juga: Wall Street berakhir beragam, data inflasi menjadi fokus

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023