Mendesak pemerintah Indonesia dan Tiongkok untuk segera mewujudkan cita-cita pengembangan peradaban yang ekologis.

Jakarta (ANTARA) - Pimpinan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) Kiai Said Aqil Siradj mengatakan pihaknya bersama Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) meminta pemerintah Indonesia dan Tiongkok segera mewujudkan pengembangan peradaban ekologis (ecological civilization).

Said Aqil menyampaikannya dalam acara tadarus peradaban dan buka puasa bersama yang dihadiri oleh Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk RI Lu Kang di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan, Jumat.

"Mendesak pemerintah Indonesia dan Tiongkok untuk segera mewujudkan cita-cita pengembangan peradaban yang ekologis, yang lebih maju dan lebih baik," ujarnya saat memberikan pidato.

Hal tersebut, kata dia, berdasarkan pada strategis hubungan Indonesia dan Tiongkok, kemudian melihat potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya energi matahari, sumber daya energi matahari, sumber daya digital, dan sumber daya hayati milik kedua negara tersebut.

Said Aqil menyebut LPOI dan LPOK juga mengusulkan inisiasi program pengembangan solar cell, optimalisasi teknologi digital dan pengembangan pengobatan tradisional.

Hal tersebut, lanjut dia, harus dikomandoi oleh Indonesia dan Tiongkok guna didedikasikan sebagai sarana bersama untuk memajukan peradaban dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan.

Ia berharap agar pengembangan pengobatan tradisional yang selaras dengan upaya perwujudan peradaban ekologis dapat segara tercapai.

"Setuju sekali, saya dukung kalau ada gerakan yang memperkuat gerakan ini antara Tiongkok dan Indonesia membangun traditional medicine," katanya.

Menurut dia, kekuatan ormas-ormas Islam dan ormas-ormas keagamaan di Indonesia dengan jejaring ekosistem dan komunitas yang dimilikinya merupakan potensi yang dapat dioptimalkan untuk membangun peradaban ekologis dan mempercepat pengentasan masyarakat dari kemiskinan.

"Membangun interkoneksi Indonesia dan Tiongkok dalam bisnis pendidikan, sosial, budaya, serta terpadu dan berkelanjutan," ucapnya.

Untuk itu, katanya lagi, kebijakan yang pro lingkungan dan berbagai upaya penggalangan kesiapsiagaan seluruh pemangku kepentingan warga dunia harus disegerakan.

"Diperlukan kehadiran kuasa negara melalui regulasi dan penyelenggara negara beserta aktor yang lebih berpihak pada keseimbangan antara kepentingan people, planet peace, partnership, dan profit," tuturnya.

Baca juga: Said Aqil: Politik bebas aktif Indonesia perlu diperkuat
Baca juga: Mahfud minta ormas Islam kawal Pemilu 2024 berjalan sesuai jadwal

Pasalnya, kata dia, dunia saat ini tengah berada dalam ancaman ekologis yang kian nyata, fenomena perubahan iklim, overeksplotasi sumber daya alam (SDA), ledakan jumlah penduduk, dan penyalahgunaan rekayasa teknologi yang menciptakan bencana buatan.

"Menjadi sebagai senjata baru sangat mengancam masa depan peradaban. Ini harus segera dihentikan," imbuhnya.

Selain itu, lanjut dia, krisis energi yang telah melanda dunia, kelangkaan pasokan dan harga energi fosil yang kian tidak terjangkau dan merusak lingkungan merupakan problem yang harus segera dicarikan solusi agar tak memicu berkembangnya krisis multidimensi.

Ia pun mengingatkan bahwa martabat bangsa tergantung pada budayanya. Adapun spiritualitas mampu memanusiakan manusia secara utuh dan menjadikan manusia tidak rakus dan tidak egois.

"Di sisi lain visi kemajuan, visi perdamaian, dan visi kemaslahatan harus menjadi pilar utama yang dapat menyangga kehidupan agar generasi masa depan masih dapat menikmati indahnya kehidupan," kata dia.

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023