New York (ANTARA News) - Harga minyak melonjak di pasar global Selasa ketika para pedagang mengikuti perkembangan terakhir menyangkut krisis nuklir Iran, sementara data baru yang masuk menunjukkan permintaan energi China meningkat. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli, meningkat 66 sen mendekati 72,03 dolar per barel. Di London, minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Juli meningkat 46 sen menjadi 71,05 dolar per barel pada transaksi penutupan. Pasar ditutup Senin karena libur umum di Inggris dan Amerika Serikat. "Karena sedikit yang difokus, pasar melanjutkan omelan menyangkut perselisihan nuklir Iran," kata analis Bank of Ireland Paul Harris seperti dikutip AFP. Pasar kawatir bahwa Iran -- produsen minyak mentah terbesar keempat dunia -- mungkin menghentikan ekspor apabila Perserikatan Bangsa Bangsa menerapkan sanksi atas republik Islam itu menyangkut perselisihan program nuklirnya. Phil Flynn di Alaron Trading mengatakan pasar bingung menyangkut kabar tentang Iran. Flynn mengatakan terdapat "kekawatiran bahwa bentrokan sudah tersimpan, namun ada kabar bahwa Iran akan memulai kembali pembicaraan." Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki mengatakan Selasa bahwa negaranya berkeinginan untuk memulai kembali perundingan segera dengan Uni Eropa menyangkut program pengayaan nuklirnya. Iran menekankan program nuklirnya hanya untuk memproduksi energi sipil namun Barat mencurigai Tehran sedang berencana untuk membuat senjata nuklir. Menengok ke China, analis Barclays Capital Kevin Norrish mengatakan bahwa kenaikan harga Selasa juga dijelaskan dengan pertumbuhan permintaan minyak China yang kuat. "Menurut data bea cukai, permintaan nyata China tumbuh 6,3 persen April," Norrish mengatakan. "Permintaan minyak China kemungkinan besar akan berlanjut dengan laju sama hingga akhir tahun disokong pemandangan ekonomi positif dan belakangan kenaikan harga produk ritel." Para pelaku pasar, sementara itu, menunggu gambaran terakhir cadangan minyak mentah AS Rabu. Semua mata akan tertuju pada cadangan bensin di tengah mulainya musim bepergian pada musim panas ketika permintaan bahan bakar kendaraan memuncak selagi orang Amerika berkendara untuk berlibur. Di tempat lain, 11 anggota Organisasi Negara Negara Pengekspor Minyak bertemu di ibukota Venezuela Caracas Kamis, para analis memperkirakan OPEC akan berpegang pada kuota produksinya sekitar 28 juta barel minyak per hari, disebabkan tingkat harga minyak mentah yang tinggi. "Kami tidak mengharapkan perubahan apapun menyangkut kebijakan output, meskipun ada seruan supaya mengurangi produksi dari kader keras yang biasanya," kata John Kilduff di Fimat USA. "Jangan salahkan diamnya OPEC karena ketidakrelevanan; pertimbangan serius menyangkut pengurangan output akan semakin menaikkan harga, karena permintaan global tetap kuat." Para pedagang juga sedang bersiap menghadapi mulainya musim topan Atlantik, yang mulai Kamis. Tahun lalu topan Katrina dan Rita memporakporandakan fasilitas minyak AS sepanjang pantai dan Teluk Meksiko, menjadikan perdagangan berjangka minyak mentah mencapai rekor level tinggi kemudian.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006