Sidoarjo, (ANTARA News) - Sedikitnya tujuh desa di wilayah Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, terimbas pencemaran gas H2S (hydrogen Sulfide), setelah terjadi semburan dari retakan tanah di sisi utara sumur pengeboran Banjar Panji (BJP) I milik PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Porong. Informasi yang dihimpun ANTARA, Rabu (31/5) menyebutkan, tujuh desa yang terimbas muntahan lumpur gas H2S tersebut yakni Desa Baran, Permisan, Sentul, Guyang Kebo, Risen, Bangunsari dan Tanjungsari. Munculnya pencemaran gas di tujuh desa yang letaknya disisi timur pengeboran gas hidro carbon tersebut, ditandai dengan mulai tercemarnya beberapa aliran sungai di tujuh desa itu. Pantauan ANTARA di lokasi semburan gas menyebutkan, selama tiga hari pasca kejadian, kondisi di lapangan diwarnai cemaran lumpur hitam dengan jumlah puluhan hingga ratusan kubik yang keluar dari sisi utara sumur pengeboran, dan mulai masuk ke aliran sungai-sungai di kawasan Desa Siring. Akibatnya, membuat warga semakin cemas, karena air sungai yang berada di dekat tempat pengeboran tersebut berubah warna menjadi coklat pekat, terkontaminasi lumpur hitam akibat semburan gas H2S dari perut bumi yang diduga berkait dengan kejadian gempa tektonik yang memorakporandakan Yogyakarta tersebut. Dampaknya bisa dilihat, ikan mulai mabuk dan bermunculan di atas permukaan air. Kondisi semakin mengkhawatirkan, karena selama ini aliran sungai yang mengalir ke beberapa desa itu dipergunakan untuk keperluan irigasi sawah, peternakan dan pertambakan. Misalnya di Desa Kebo Guyang yang selama ini menggunakan aliran sungai sebagai sarana untuk menggembalakan itik. Bahkan, di Desa Bangunsari dan Tanjungsari, petani dan pemilik tambak memanfaatkan aliran sungai tersebut untuk mengaliri tambak udang dan bandeng. Sementara di Desa Baran, Permisan, Reno dan Sentul, aliran sungai lebih banyak digunakan untuk irigasi areal persawahan. "Akibat semburan gas H2S, warga makin khawatir dan takut, karena sehari-harinya bebek (itik) kami kalau mencari makan dan digembalakan ke sungai. Kalau keadaannya begini kami tidak berani membawa bebek ke sungai," kata Santoso, warga Desa Guyang Kebo. Sementara itu, meski kebocoran gas relatif mulai menurun dan dapat dikendalikan oleh tim pengeboran gas Lapindo, namun warga sekitar lokasi tetap saja mengaku cemas terhadap imbas kebocoran. "Kami sebagai warga yang dekat dengan lokasi kejadian meminta kepada PT Lapindo Brantas agar melakukan cek kesehatan kepada setiap warga, karena banyak warga yang sesak nafas, terutama yang tua-tua," kata sejumlah warga Desa Siring. (*)
Copyright © ANTARA 2006