Jakarta (ANTARA News) - Indonesia perlu mengembangkan energi panas bumi secara maksimal, karena potensi sumber daya energi tersebut sangat melimpah di Indonesia.
"Indonesia memiliki potensi geothermal terbesar dunia khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera, kedua pulau ini merupakan tempat hunian mayoritas penduduk Indonesia," kata Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy Slamet Riadhy di Auckland, New Zealand, dalam keterangan tertulisnya melalui surat elektronik, Sabtu.
Ia mengatakan tak ada keraguan atas potensi sumber daya energi geothermal yang melimpah di Indonesia. Namun masalahnya, sumber daya manusia baik secara kualitas dan kuantitas masih harus ditingkatkan.
"Sebelum kita benar-benar menghadapi krisis energi, maka sekaranglah saatnya Indonesia harus bangun dari tidur lelapnya dan mengembangkan geothermal," tegas Slamet Riadhy.
Dalam acara penandatanganan Study Agreement antara Pertamina Geothermal Energy dengan Geothermal New Zealand, Slamet memaparkan kepada komunitas industri geothermal New Zealand mengenai besarnya potensi sumber daya energi geothermal di Indonesia.
Menurut dia perlu adanya strategic partnership jangka panjang dan berkesinambungan antara kedua negara, bisa menjadi kunci pengembangan energi geothermal yang signifikan.
Dia mengatakan,"Dengan adanya penandatanganan kerja sama dan melakukan feasibility study hingga pengembangan binary cycle power plant untuk geothermal di Ulubelu, Lampung, antara Pertamina Geothermal Energy dengan Geothermal New Zealand, tentu merupakan langkah maju yang konkrit dan nyata."
Bagi Indonesia, kerjasama pengembangan energi geothermal dengan pihak Geothermal New Zealand sudah tidak asing lagi, mengingat sejak akhir 70-an, New Zealand telah membantu Indonesia membangun pembangkit listrik geothermal Kamojang, Jawa Barat yang kini mempunyai kapasitas pembangkit sebesar 200 MW (megawatt).
Slamet mengakui memang bukan hal mudah mengembangkan energi geothermal. Tetapi kita harus melakukannya dengan target hingga 2000 MW pada periode 2014-2015. Artinya, ketika mencapai angka tersebut, maka kita bisa saving 100 ribu barrel minyak per hari.
Slamet menyadari, pencapaian target di angka 2000 MW membutuhkan dukungan serius atau political will dari pemerintah. Karena selain membutuhkan investasi yang jumlahnya mencapai 7 miliar dolar AS, Pertamina Geothermal Energy juga membutuhkan kebijakan tarif yang pasti (fit in tariff) dari pihak PLN sebagai pembeli.
Untuk itu, kata dia, kita jangan sampai terlambat karena ini menyangkut ketahanan energi nasional, karena tidak lama lagi, kita akan menghadapi persoalan serius, krisis energi.
(F006)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012