Pintu diplomasi belum tertutup, tetapi Pyonyang harus segera menghentikan tindakan destabilisasi dan memilih terlibat secara diplomatik

Washington (ANTARA) - Amerika Serikat mengutuk "keras" Korea Utara pada Rabu atas apa yang digambarkan sebagai uji coba "rudal balistik jarak jauh".

"Peluncuran ini adalah pelanggaran nyata terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB dan meningkatkan ketegangan serta beresiko mengacaukan situasi keamanan di wilayah itu," kata juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan.

Watson menekankan bahwa Presiden Joe Biden dan tim keamanan nasional sedang "menilai situasi dalam koordinasi erat dengan sekutu dan mitra kami."

"Aksi ini menunjukkan bahwa DPRK (Republik Rakyat Demokratik Korea) tetap memprioritaskan senjata pemusnah massal yang melanggar hukum dan program rudal balistik daripada kesejahteraan rakyatnya," ujar Watson.

Ia mendesak seluruh negara mengutuk pelanggaran ini dan menyerukan kepada Korut untuk "bertemu dan melakukan negosiasi serius."

"Pintu diplomasi belum tertutup, tetapi Pyonyang harus segera menghentikan tindakan destabilisasi dan memilih terlibat secara diplomatik," kata dia. "AS akan mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan keamanan tanah air bangsa Amerika dan sekutu Korea Selatan dan Jepang."

Militer Korsel mengatakan rudal tersebut ditembakkan dari dekat ibukota Korut, Pyongyang pada Kamis, pukul 7.23 waktu setempat dan jatuh di perairan antara Semenanjung Korea dengan Jepang. Korsel menyebut aksi tersebut sebagai "provokasi serius."

Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan bahwa rudal tersebut kemungkinan rudal balistik antar benua (ICBM) seraya menambahkan bahwa mereka terus menganalisa peluncuran untuk mendapatkan kejelasan.

Menyusul peluncuran rudal tersebut, pemerintah Jepang mendesak warganya di wilayah itu untuk berlindung.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Hadapi ancaman Korut, Korsel gelar latihan pertahanan Hwarang
Baca juga: Korea Utara kembali uji coba "drone" serang nuklir bawah laut
Baca juga: Korsel, Jepang dan AS desak dunia pulangkan pekerja Korut

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Sri Haryati
Copyright © ANTARA 2023