Di bawah pimpinan strategis kedua kepala negara, hubungan Tiongkok dan Indonesia berada pada periode terbaik dalam sejarah.
Denpasar (ANTARA) - Ibarat usia manusia, 73 tahun sudah termasuk tua atau wreda. Namun tidak demikian dengan hubungan Indonesia dan China.
Kian lama menjadi kawan lama, semakin menumbuhkan semangat baru dalam mempererat kerja sama, walau kadang pasang surut sempat mewarnai perjalanan panjang hubungan kedua negara, tentunya.
Komitmen peningkatan kerja sama kedua negara ditandai pertemuan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Kota Guiyang, Provinsi Guizhou, China, pada 5 Juni 2021.
Saat itu, keduanya menandatangani nota kesepahaman pembangunan koridor ekonomi komprehensif regional bersamaan dengan pembentukan komite bersama di koridor tersebut.
Mekanisme kerja sama troika di bidang politik, ekonomi, dan komunikasi kemudian diperluas menjadi kerja sama bidang maritim, politik, ekonomi, dan budaya.
Kerja sama yang membawa ruang baru itu dikenal dengan sebutan 4 wheel drive (4WD), diibaratkan seperti mobil jenis 4WD yang memiliki sistem penggerak di setiap rodanya sehingga semua sisi menghasilkan performa lebih maksimal dan kuat.
Peningkatan kerja sama itu menandakan implementasi dari langkah penting yang selama ini dijalin kedua Kepala Negara, Presiden Joko Widodo dan Presiden China Xi Jinping.
Potensi Indonesia
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Indonesia memiliki luas total 7,81 juta kilometer persegi dengan 17.500 pulau.
Dari total luas itu, 3,25 juta kilometer persegi adalah lautan dan 2,55 juta kilometer persegi adalah Zona Ekonomi Eksklusif.
Hanya sekitar 2,01 juta kilometer persegi yang merupakan daratan.
Dengan luas wilayah laut itu, Indonesia memiliki potensi sektor maritim yang besar, di antaranya sektor kelautan dan perikanan serta ekonomi termasuk pariwisata dan budaya.
Tak hanya itu, secara politik, Indonesia juga memiliki posisi yang strategis di kawasan Asia Tenggara sehingga potensi-potensi itu juga dapat menjadi penggerak cita-cita Presiden Joko Widodo menjadikan Indonesia poros maritim dunia.
Sementara itu, dari sisi kinerja perekonomian selama 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi RI mencapai 5,31 persen, lebih tinggi dibandingkan capaian 2021 mencapai 3,70 persen.
Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan RI pada 2023 mencapai hingga 5,3 persen didorong oleh peningkatan permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi.
Di sisi lain, sejumlah lembaga internasional menilai perekonomian Indonesia menjadi modal besar dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan pada 2045 ekonomi Indonesia akan mencapai 8,89 triliun dolar AS dan menjadi ekonomi terbesar ke empat di dunia.
Prediksi tersebut dilatarbelakangi pada tahun 2030-2040, Indonesia akan mengalami bonus demografi yakni sebagian besar penduduknya berusia produktif.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan kuat berada pada kisaran lima persen pada 2023.
Selisih sedikit tipis dengan IMF, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 4,9 persen pada 2023.
Bank Dunia memberi saran kepada Indonesia untuk mewujudkan sistem perlindungan sosial yang koheren, terkonsolidasi, dan terkoordinasi guna mendukung Indonesia Maju 2045.
Mitra Penting
Indonesia dan China, keduanya sama-sama memandang sebagai mitra komprehensif strategis yang tahun ini menandai 10 tahun kemitraan.
Negeri Panda itu merupakan negara mitra perdagangan Indonesia terbesar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai perdagangan Indonesia-China mencapai 109,99 miliar dolar AS.
Bahkan, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyebut nilai perdagangan kedua negara mencapai rekor baru pada 2022 mencapai 133,65 miliar dolar AS, setelah pandemi COVID-19.
Selain itu, Menlu Retno menyebutkan pada 2021 China menjadi negara asal investor terbesar kedua di Tanah Air.
Yang tak kalah adalah sektor pariwisata karena China menjadi salah satu pasar terbesar pariwisata Indonesia.
Tahun 2023, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di bawah pimpinan Menteri Sandiaga Uno, menargetkan sebanyak 255 ribu turis dari China berkunjung di Tanah Air.
Namun, jumlah itu masih jauh dari realisasi sebelum pandemi COVID-19 yakni pada 2019 sebanyak dua juta wisatawan China berkunjung ke Indonesia.
Apabila dicermati, hampir setengah dari jumlah kunjungan itu melancong ke Bali sebagai menjadi daya tarik utama turis asal negeri dengan ikon Tembok Besar China itu.
Konsulat Jenderal China di Denpasar Zhu Xinglong mengungkapkan selama 2019 sebanyak 1,3 juta wisatawan dari negaranya berwisata di Bali.
Alam dan seni yang unik menjadi daya tarik ketika mereka berlibur di Pulau Dewata.
Ia pun menyakini seiring terkendalinya pandemi COVID-19 dan frekuensi penerbangan langsung, bertahap turis yang ke Bali semakin bertambah banyak, wisatawan China akan kembali berbondong-bondong ke Pulau Surga itu pada paruh kedua 2023.
Hingga April 2023, sudah ada enam maskapai dari negeri itu yang melayani penerbangan langsung ke Bali, berdasarkan data Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Selain itu, sejumlah bidang kerja sama berpeluang untuk terus ditingkatkan kedua negara di antaranya pembangunan berkelanjutan, kesehatan, kelautan, ekonomi digital, pendidikan, pembangunan infrastruktur, pertukaran media, pertanian, dan kerja sama lainnya.
Di sisi lain, diplomat senior tersebut mengungkapkan kedua negara memiliki kesamaan di antaranya sama-sama merupakan negara besar yang berkembang dan sama-sama menjunjung konsep pembangunan berpusat kepada rakyat.
“Di bawah pimpinan strategis kedua kepala negara, hubungan Tiongkok dan Indonesia berada pada periode terbaik dalam sejarah. Kedua negara dengan jelas ingin bersama-sama membangun komunitas senasib-sepenanggungan Tiongkok dan Indonesia,” kata Zhu Xinglong.
Ke depan momentum persahabatan Indonesia-China yang sudah terjalin 73 tahun diharapkan mampu menumbuhkan keuntungan dan kesejahteraan dua bangsa atas kerja sama di semua sektor.
Tentu, diperlukan stabilitas untuk mendukung hubungan kerja sama “empat roda” antara Indonesia dan China.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023