Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi antara Kimia Farma dengan Sinopharm yang telah terjalin baik sewaktu penanganan COVID-19. Kimia Farma mendukung ketahanan kesehatan nasional, salah satunya dengan penguatan dan percepatan Bahan Bak
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor farmasi PT Kimia Farma Tbk menjalin kerja sama dengan Sinopharm Internasional untuk mengembangkan potensi industri kesehatan, khususnya terkait dengan Bahan Baku Obat (BBO), Traditional Chinese Medicine (TCM), serta Project Platform TB.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dilakukan oleh Direktur Utama Kimia Farma David Utama dan President Sinopharm International Zhou Song, disaksikan langsung oleh Direktur Utama Bio Farma Group Honesti Basyir dan Chairman of Sinopharm Liu Jingzhen, sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Kamis.
“Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi antara Kimia Farma dengan Sinopharm yang telah terjalin baik sewaktu penanganan COVID-19. Kimia Farma mendukung ketahanan kesehatan nasional, salah satunya dengan penguatan dan percepatan Bahan Baku Obat (BBO). Saat ini Kimia Farma telah memproduksi 14 BBO dan kita akan terus tingkatkan,” ujar Direktur Utama KAEF David Utama.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa kesepakatan ini merupakan bentuk hubungan bilateral kedua negara untuk meningkatkan dan mendorong transformasi industri kesehatan
“KAEF berkomitmen untuk memberikan produk dan layanan kesehatan terbaik. Kami akan menindaklanjuti nota kesepahaman ini untuk mendukung program pemerintah di bidang kesehatan, dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia,” ujar David.
Pihaknya menjelaskan emiten berkode saham KAEF ini mengantongi penjualan sebesar Rp9,60 triliun pada 2022, atau menurun 25,28 persen dari sebelumnya Rp12,85 triliun pada 2021.
Penjualan di dalam negeri tercatat menurun 25,15 persen yoy menjadi Rp9,47 triliun, sedangkan penjualan ekspor menurun 33,46 persen yoy dari Rp200,35 miliar menjadi Rp133,30 miliar pada 2022.
Namun demikian, dia menjelaskan sepanjang 2022 KAEF berhasil menurunkan beban usaha sebesar 5,41 persen yoy atau Rp189 miliar dibandingkan 2021.
“Efisiensi beban usaha dilakukan dari sisi efisiensi beban operasional, yaitu optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk,” ujar David.
Selain itu, perusahaan bagian holding BUMN farmasi ini mencatatkan beban keuangan yang turun 14,21 persen yoy dibandingkan tahun sebelumnya, yang ditopang oleh dukungan perbankan melalui penurunan suku bunga dan kredit investasi serta refinancing.
Lebih lanjut, perseroan membukukan cashflow positif pada akhir 2022 dengan nilai kas dan setara kas tercatat naik menjadi Rp2,15 triliun, dari sebelumnya pada 2021 senilai Rp748 miliar, yang ditopang oleh adanya dana dari aksi korporasi unlock value anak usaha yang dimiliki KAEF, yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA).
Sementara itu, Sinopharm International merupakan salah satu dari tiga besar raksasa farmasi di Asia Pasifik, yang membukukan pendapatan 453,82 miliar yuan atau setara 70,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2021,
Baca juga: Kimia Farma dorong petani kembangkan potensi tanaman tempuyung
Baca juga: INA dan Silk Road Fund resmi jadi investor strategis Kimia Farma
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023