Tokyo (ANTARA) - Harga minyak melemah di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, setelah naik untuk dua sesi sebelumnya karena investor tetap berhati-hati di tengah kekhawatiran atas resesi AS dan permintaan minyak yang lebih lemah.
Minyak mentah berjangka Brent turun 19 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 87,14 dolar AS per barel pada pukul 01.16 GMT. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS turun 16 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 83,10 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan naik sekitar dua persen pada Rabu (12/4/2023) ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan karena data inflasi AS yang mendingin mendorong harapan bahwa Federal Reserve kemungkinan akan menghentikan kenaikan suku bunga.
Namun, pengetatan sebelumnya, yang telah mengangkat suku bunga ke level tertinggi sejak 2007, meningkatkan kekhawatiran bahwa fokus Fed untuk menghentikan inflasi dapat berakhir dengan menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak di masa depan di pengguna minyak terbesar di dunia itu.
"Reli telah berakhir karena kekhawatiran kemungkinan resesi AS akan melemahkan permintaan minyak mentah," kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
"WTI naik di atas 83 dolar AS per barel, mendekati batas teknis tertinggi sejak Desember lalu, yang juga mendorong rasa kehati-hatian di kalangan investor," tambahnya.
Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,1 persen bulan lalu, di bawah ekspektasi para ekonom untuk kenaikan 0,2 persen, dan turun dari kenaikan 0,4 persen di Februari, meningkatkan ekspektasi bahwa Fed kemungkinan akan menghentikan kenaikan suku bunga setelah kemungkinan kenaikan suku bunga pada Mei.
Namun, staf Fed yang menilai potensi kejatuhan dari tekanan perbankan memproyeksikan "resesi ringan" akhir tahun ini.
Pasar pada Rabu (12/4/2023) mengabaikan peningkatan kecil dalam stok minyak mentah AS, menghubungkannya sebagian dengan pelepasan minyak yang diamanatkan kongres dari cadangan darurat AS dan ekspor yang lebih rendah pada awal bulan.
Persediaan minyak mentah AS naik 597.000 barel pada minggu lalu, Badan Informasi Energi mengatakan pada Rabu (12/4/2023), dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 600.000 barel. Stok bensin dan sulingan turun kurang dari yang diharapkan.
Pemerintahan Biden berencana untuk segera mengisi kembali Cadangan Minyak Strategis AS, dan berharap untuk mengisinya kembali dengan harga minyak lebih rendah yang menguntungkan pembayar pajak selama sisa tahun ini, kata Menteri Energi AS Jennifer Granholm pada Rabu (12/4/2023).
Namun, pasar minyak terangkat lebih tinggi dua minggu lalu setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia setuju untuk membatasi produksi.
Akibatnya, pasar minyak global dapat mengalami pengetatan pada paruh kedua tahun 2023, yang akan mendorong harga lebih tinggi, kata Fatih Birol, direktur eksekutif Badan Energi Internasional pada Rabu (12/4/2023).
Baca juga: Wall Street ditutup lebih rendah setelah risalah Fed dan data inflasi
Baca juga: Emas naik 0,29 persen setelah data inflasi lebih rendah dari perkiraan
Baca juga: Dolar melemah di awal sesi Asia karena inflasi AS mendingin
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023