Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia (World Bank/WB) memperingatkan negara-negara berkembang di Asia untuk mewaspadai tingginya harga minyak yang diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. "Harga minyak yang tinggi, suku bunga yang semakin naik dan tekanan inflasi yang meningkat diperkirakan akan menahan pertumbuhan dalam banyak wilayah berkembang dalam dua tahun ke depan," kata Manajer Tim Kecenderungan Global WB, Hans Timmer, di Jakarta, Rabu. Dia menambahkan, meskipun defisit transaksi berjalan di negara berkembang mendekati keseimbangan, defisit pada negara pengimpor minyak diperkirakan meningkat secara signifikan, karena harga minyak yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang tidak berkesinambungan. Sementara itu, Direktur Kelompok Prospek Pembangunan Bank Dunia, Uri Dadush, mengatakan bahwa banyak negara-negara berkembang telah menghabiskan surplusnya dan simpanan lainnya untuk menyerap harga minyak yang meninggi, sambil tetap tumbuh. "Ini termasuk overheating ekonomi, pembalikan ketimpangan global yang tidak teratur, gangguan dalam ketersediaan minyak global, dan kemungkinan penurunan harga komoditi lain yang telah mendukung penerimaan di banyak negara berkembang," katanya. Meskipun demikian, pada saat ini, WB masih melihat bahwa negara-negara Asia masih tahan terhadap kenaikan harga minyak tersebut yang tercermin dari meningkatnya neraca transaksi berjalan akibat turunnya impor China, serta meningkatnya pemasukan minyak bagi Indonesia dan Vietnam. Menurut perkiraan WB, harga minyak yang lebih tinggi telah meningkatkan PDB Indonesia sebesar 0,4 persen pada 2005. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006