Silakan datang ke Biak Numfor. Anda menemukan pantai dengan pasir lembut berwarna putih.."
Mengunjungi Pulau Biak, Kabupaten Biak Numfor, Papua, pada Desember adalah saat yang paling tepat.
Meski cuaca terbilang galau karena dalam sehari mudah berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya, namun Biak tetaplah mempesona.
Jalanan dipenuhi rumbai-rumbai warna-warni dari tali plastik yang dipasang di pagar-pagar rumah warga.
Rumah-rumah panggung terbuat dari kayu itu dibangun di depan rumah, lengkap dengan lampu dan ornamen aneka warna.
Herman, penduduk setempat yang mengantar berkeliling, mengatakan itu adalah tradisi warga Biak dalam menyambut Natal dan Tahun Baru.
Rumah panggung yang dikenal dengan nama Rumah Kasumgun itu bertiang kurang lebih 2,5 meter dengan luas bangunan 2x2 meter.
Pada malam Natal, usai dari gereja, rumah khusus itu dimasuki pemiliknya. Mereka berkumpul bersama di dalam situ.
Menurut Herman, budaya warga setempat terpengaruh budaya Amerika Serikat yang dibawa ke sana semasa Perang Pasifik pada 1944.
Keceriaan menyambut Natal dan Tahun Baru sudah terasa sejak awal Desember, bahkan anak-anak sekolah mulai merayakannya di sekolah.
"Perayaan Natal tidak harus tanggal 25. Bisa maju atau mundur, yang penting bulan Desember," jelas Herman yang merupakan warga asli Biak itu.
Biak termasuk salah satu pulau dalam Kabupaten Biak Numfor. Kabupaten ini punya dua pulau besar, yakni Pulau Biak dan Pulau Numfor, di samping 72 pulau-pulau kecil.
Pantai pasir putih
Boleh saja letaknya di pulau terluar Indonesia, tapi infrastruktur di Biak cukuplah baik. Jalan rayanya mulus layaknya jalan tol. Kondisi ini berbeda dari jalan raya di Sumatera misalnya.
"Pulau Biak adalah pulau karang. Jadi struktur jalan kuat dan tidak mudah rusak," ujar Herman lagi.
Saat rombongan berkunjung ke pulau itu, orang ramai membicarakan pembentukan Provinsi Teluk Cenderawasih yang nantinya mencakup wilayah yang ada di Teluk Cendrawasih.
Pengagasnnya Yusuf Melianus Maryen, Ketua Badan Kerja Sama antar Daerah yang juga Bupati Biak Numfor.
Wisatawan yang datang ke sini tak perlu khawatir terbunuh rasa bosan karena Biak kaya dengan objek wisata layak kunjung.
"Silakan datang ke Biak Numfor. Anda menemukan pantai dengan pasir lembut berwarna putih serta laut yang jernih," ujar Yusuf M Maryen.
Banyak pantai yang bisa ditemui di Biak. Ada Pantai Bosnik. Ada Pantai Anggaduber di Biak Timur. Lalu, Pantai Wari dengan pemandangan Samudera Pasifik di Biak Utara dan pantai-pantai lainnya.
Bagi yang menyukai wisata bawah laut, Biak juga mempunyai "titik-titik" untuk menyelam, yakni gugusan Kepulauan Padaido yang memiliki keindahan terumbu karang dan beragam jenis ikan.
Titik selam yang menarik ada di sekitar Pulau Rurbas, kemudian di lokasi jatuhnya pesawat pembom Catalina milik tentara sekutu.
Di lokasi penyelaman itu juga ditemukan kapal-kapal perang yang tenggelam.
Kurang promosi
Yusuf mengklaim, keindahan bawah laut di wilayahnya lebih indah dibandingkan Raja Ampat.
"Kami akui Biak memang kurang promosi, sehingga kurang dikenal seperti Raja Ampat."
Beberapa waktu lalu, peneliti Jepang menemukan sembilan sungai bawah laut di Biak. Yusuf mengatakan air sungai itu lebih segar dari air mineral dalam kemasan.
Jenuh dengan wisata laut, masih ada wisata sejarah. Ada Goa Binsari atau Goa Jepang. Goa itu adalah tempat persembunyian serdadu Jepang pada Perang Dunia Kedua.
Diperkirakan 3.000 serdadu Jepang tewas ketika pasukan Amerika Serikat menjatuhkan bom di tempat persembunyian itu.
Objek wisata selanjutnya adalah Taman Burung dan Anggrek di Jalan Raya Bosnik.
Ada pula, Air Terjun Wafsarak di Biak Utara yang bertinggi kurang lebih 8 meter dan menyajikan keindahan serta ketenangan di tengah teduhnya pepohonan.
Yusuf yang telah menjabat sebagai bupati selama dua periode itu menambahkan masih banyak objek wisata lain di wilayahnya.
"Wisatawan bisa datang ke Pulau Owi. Dulu, pulau itu menjadi pangkalan pasukan Amerika Serikat," kata dia.
Masih banyak peninggalan pasukan Amerika Serikat di Pulau Owi. Konon, pada era 1980-an masih banyak ditemukan pesawat-pesawat tempur AS sebelum diangkut ke Amerika.
Bali kalah
Untuk wisata malam, Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor menetapkan Kampung Wouna distrik Aidei, Biak Utara, sebagai obyek wisata peminat khusus kunang-kunang.
Populasi kunang-kunang di kampung tersebut memang banyak.
Salah seorang wartawan yang ikut dalam rombongan, Soraya, menyebut Bali kalah jauh dari Biak. "Bali tidak ada apa-apanya dibandingkan Biak."
Mengunjunggi Biak kurang lengkap rasanya jika tidak menikmati wisata kulinernya.
Biak terkenal dengan masakan lautnya. Wisatawan dengan mudah menemukan jenis-jenis ikan yang sulit ditemui di Jakarta, seperti Kerapu Merah.
Penduduk setempat biasanya membakarnya tanpa dibumbui, sekalipun hanya garam. Rasanya manis dan alot.
Bermacam-macam ikan disajikan di sini, dengan tiga macam sambal, yakni sambal kecap, terasi dan bawang.
Juga ada masakan khas Papua yakni Pepeda atau bubur sagu yang disajikan dengan ikan kuah kuning.
"Di sini, ikan mati sekali, kakak," ujar Herman.
Rombongan yang sedang asyik menikmati makan, sejenak terhenti dan berusaha mencerna apa makna perkataannya itu.
"Beda dengan Jakarta kak, ikan mati berkali-kali," lanjut dia.
Baru tersadar. Ternyata, maksud Herman adalah di Jakarta, ikan menjadi tidak segar karena tidak langsung dimasak begitu ditangkap dari laut, melainkan diberi es dan bertahan hingga berminggu-minggu.
(I025/Z003)
Oleh Indriani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012