Serangan itu terjadi setelah Menteri (Panetta) kembali ke Kabul."

Kandahar, Afghanistan (ANTARA News) - Serangan bom mobil bunuh diri di dekat pangkalan NATO di Afghanistan selatan Kamis tak lama setelah kunjungan Menteri Pertahanan AS Leon Panetta menewaskan dua orang dan mencederai 16 lainnya, kata sejumlah pejabat Afghanistan dan koalisi Barat.

Juru bicara Panetta mengatakan, tidak ada indikasi menteri AS itu menjadi sasaran serangan tersebut, lapor Reuters.

Panetta mengunjungi Pangkalan Udara Kandahar beberapa jam sebelum serangan itu untuk bertemu dengan pasukan AS sebelum liburan Natal.

"Serangan itu terjadi setelah Menteri (Panetta) kembali ke Kabul," kata juru bicaranya, George Little.

Tiga prajurit asing termasuk diantara mereka yang cedera dalam serangan tersebut.

Panetta dijadwalkan bertemu dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai pada Kamis malam ketika AS sedang mempertimbangkan seberapa besar pasukan tempur yang akan tetap berada di Afghanistan setelah misi NATO berakhir pada 2014.

Lawatan Panetta ke Afghanistan pada Maret dibayang-bayangi oleh serangan terhadap rombongan penyambutnya oleh seorang penterjemah Afghanistan, yang mengendarai mobilnya di landasan pacu dan tampaknya berusaha meledakkan kendaraan itu.

Panetta bertemu dengan para panglima di Kabul untuk membahas pilihan Presiden AS Barack Obama mengenai jumlah pasukan yang tetap berada di Afghanistan setelah misi NATO berakhir.

Seorang pejabat AS mengatakan, jumlah pasukan itu paling sedikit mungkin 6.000 prajurit, sementara saat ini jumlah prajurit AS sekitar 68.000.

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli 2011 dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September 2011.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Jumlah warga sipil yang tewas meningkat secara tetap dalam lima tahun terakhir, dan pada 2011 jumlah kematian sipil mencapai 3.021, menurut data PBB.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012