Surabaya (ANTARA) - "Masjid Al Akbar itu asyik. Selain sebagai sarana ibadah, Masjid Al Akbar juga mengoptimalkan fungsi-fungsi lain, salah satunya fungsi edukasi anak-anak muda. Ada spot foto dan wifi, ada taman untuk kreasi dan diskusi, asyik-lah," ujar Ketua IPNU Jatim Irfan Syah.

Bahkan, Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Jawa Timur pun menyelenggarakan pertemuan tim medsos IPNU-IPPNU se-Jatim dalam acara bertajuk "Sparkling Ramadhan", Senin (10/4) di salah satu taman di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS), yakni Taman Asmaul Husna MAS.

Walhasil, fungsi edukasi yang dilakukan MAS menjadikan anak-anak muda bisa lebih bersemangat dalam meningkatkan kesalehan spiritual dan sosial. Karena itu bisa dikatakan bahwa Masjid Al Akbar Surabaya sudah menjadi "Masjid Ramah Gen-ZI (Generasi Z Islami)".

Bukti lain adalah Masjid Al Akbar Surabaya yang setiap akhir Ramadhan atau 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan selalu menggelar ibadah qiyamul lail, yang diikuti jamaah yang justru didominasi generasi milenial hingga Generasi Z itu.

"Tahun ini (2023), inovasi terbaru untuk qiyamul lail, Masjid Al Akbar melayani jamaah yang qiyamul lail dengan dibantu 99 relawan GenZi (Generasi Z Islami) yang bertugas menjadi among tamu dan guide," ujar Humas Masjid Al Akbar Helmy M Noor dalam perbincangan dengan Antara.

Para relawan GenZi tersebut dibekali kartu pengenal dan bimbingan teknis (bimtek) agar bisa menjadi penerima tamu yang baik. Yang membanggakan, peminat para GenZi untuk menjadi relawan qiyamul lail sangat tinggi. Mungkin baru kali ini di Indonesia ada Relawan GenZi untuk qiyamul lail dari pukul 01.00 WIB hingga 03.00 WIB.

Ikhtiar pengelola Masjid Al Akbar (MAS) untuk menjadi "Masjid Ramah Gen-Z Islami" itu pun terlihat dari sarana dan layanan dakwah yang disiapkan untuk generasi yang lahir dalam rentang tahun 1996-2012. Generasi Z adalah generasi pertama dunia digital. Mereka juga disebut iGeneration, generasi net atau generasi internet.

Mereka memiliki kesamaan dengan Generasi Milenial, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu, seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya.

Karakter akrab dengan gadget berteknologi canggih itulah yang dicoba oleh takmir MAS untuk dilayani, di antaranya melalui Wisata Menara 99 Meter yang bisa dikunjungi secara virtual. Ada juga Cafe Masjidku, Food Court, Edu Park, Taman Asmaul Husna, Taman Peradaban, Urban Farming, Air Mancur, Green Toilet, dan sebagainya.

Untuk layanan dakwah ala Gen-ZI yang disiapkan MAS, di antaranya Studio Dakwah Digital (Radio-TV-Podcast), Diorama Tafsir Digital, Perpustakaan, Gen-Z Bersholawat, Entrepreneur Club, KB-RA, MI, MTS, STAI, dan Grand Ballroom untuk berbagai kegiatan resmi yang terbuka untuk masyarakat umum.

Menara setinggi 99 meter ini mampu melayani jamaah melihat pemandangan Surabaya dari atas. Dilengkapi lift dengan kapasitas delapan orang (550 kg), serta fasilitas kantin yang memadai, sehingga jamaah dapat puas melihat pemandangan dengan makanan ringan dan cemilan yang menemani.

Aktivitas lain yang bisa dilakukan adalah mengambil gambar dari atas menara, sambil berpose atau berfoto bersama keluarga tercinta, mengambil potret kubah masjid, pemandangan kota, serta gedung-gedung sekeliling Masjid Al Akbar. Bahkan aktivitas shooting untuk kepentingan lain pun bisa dilakukan di sana, seperti acara televisi.

Lain halnya dengan Taman Asmaul Husna yang berada di sisi pojok utara timur Masjid Al Akbar Surabaya dengan lahan seluas 2.000 meter persegi itu memiliki banyak objek wisata bagi generasi Z dan milenial. Taman Asmaul Husna ini akan menjadi taman edukasi dan ruang terbuka untuk mengenal nama-nama Allah.

Sambil berolahraga, masyarakat bisa membaca 99 nama-nama Allah yang ada pada 99 pilar asmaul husna. Nantinya, taman untuk objek wisata edukasi tauhid ini dilengkapi dengan Diorama Tafsir Digital yang memungkinkan masyarakat bisa mengetahui jumlah asma Allah dalam Al Quran. Misalnya, nama Al Malik, tinggal diklik tulisan Al Malik, nanti akan muncul jumlah kata Al Malik dalam Al Quran.

Fasilitas lain yang sengaja dipersiapkan untuk Generasi Z, antara lain Cafe Masjidku, Food Court, Taman Edu Park, Taman Peradaban, Urban Farming, Air Mancur, Green Toilet, dan sebagainya. Di toilet juga ada spot foto.


Dakwah dan Kesalehan Digital

Terkait dakwah digital, Masjid Al Akbar beralih ke WhatsApp (WA) grup sejak tahun 2020 yang interaktif dan murah. Kini, masjid terbesar di Surabaya itu merambah ke website dan kanal media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Youtube. Untuk berinfaq, zakat, atau sedekah, masyarakat tinggal pakai QR code.

Jadi, Masjid Al-akbar sudah membiasakan siaran langsung shalat Jumat lewat Youtube. Begitu jamaah pulang ke rumah dan masih penasaran dengan pesan khutbah tadi, maka dia tinggal buka gawai dan memutar ulang ceramah tadi.

Namun, dakwah digital itu bukan sekadar viral, melainkan materi dakwah yang bermanfaat, materi bisa viral, tapi bukan justru virologi atau meracuni yang berujung pada kemaksiatan atau dosa.

Oleh karena itu, dakwah untuk Generasi Z harus menyesuaikan dengan metode dan strategi ala dunia digital yang merombak struktur komunikasi antarmanusia dari komunikasi nyata menjadi maya/digital.

Boleh dibilang, struktur komunikasi yang ada bisa menjadi "mesin pembunuh" karakter, akibat dunia maya yang dijejali dengan informasi hoaks dan pertikaian antara buzzer versus buzzer yang diwarnai dengan ujaran kebencian dan saling mengolok-olok/menyalahkan.

Ibaratnya, teknologi semakin maju, namun manusia semakin purbakala, karena karakter "menghalalkan" hoaks, buzzer, bully, atau ujaran kebencian, seperti bukan manusia saja, atau seperti bukan manusia yang maju saja, yang menghalalkan segala cara.

Namun, siapa pun tidak punya alternatif, kecuali memasuki lapangan digital itu dengan siasat waras, maju, dan strategis di tengah kegilaan dunia yang tanpa obat itu.

Nah, strategi dakwah di era digital adalah bagaimana menyajikan cara-cara berbasis karakter yang waras, maju, dan strategis , atau cara-cara yang tidak terpengaruh untuk mementingkan viral semata dengan mengorbankan atsu membunuh karakter. Tidak melayani "olok-olok" dengan "olok-olok" pula. Jadi, strategi dakwah yang berkarakter di era digital adalah dakwah berbasis inovasi dan dakwah yang mendorong karakter digital.

Secara inovasi, dakwah digital harus menggunakan platform digital yang ada dengan sentuhan inovasi, seperti transmedia (perpaduan teks, suara, gambar, gerak), atau pola-pola terkini sesuai perkembangan, karena pelacakan informasi apapun bagi Gen-Z adalah pelacakan digital (internet/i-Gen).

Hal itu penting, karena pengguna smartphone di Indonesia adalah terbesar ketiga di Asia Pasifik, dengan media sosial favorit, yakni youtube dengan 113 juta pengguna, facebook dengan 111 juta pengguna, lalu Twitter, TikTok, dan 'transmedia'.

Di sini, Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS) sudah melakukan berbagai inovasi berbasis digital, di antaranya studio dakwah digital (Radio-TV-Podcast), diorama tafsir digital, dan cara-cara milenial dalam peribadatan.

Namun, inovasi saja tidak cukup, karena dunia digital juga sarat dengan jebakan digital (hoaks, ujaran kebencian atau olok-olok yang tidak waras).

Intinya, gosip digital itu bisa menjadi "jebakan" dalam bentuk informasi bohong maupun informasi realistis tapi "dibelokkan". Yang gawat lagi, 54,87 persen generasi muda mencari referensi keagamaan melalui internet. Dahulu, masyarakat mencari pemahaman keagamaan ke mimbar-mimbar pengajian, sekarang masyarakat mencarinya ke media sosial atau situs web. Jadi, harus hati-hati.

Langkah untuk mencapai kesalehan digital ada tiga langkah yang dapat disimak dalam buku "Kesalehan Digital" (Penerbit CV Campustaka, Jakarta, 2023), yakni informasi berbasis Sanad (narasumber dan narasumber kompeten), Matan (konten yang ada tabayyun/klarifikasi/sanad, Keadilan/objektif, Ukhuwah/bukan fitnah-ghibah), dan Rawi (Penyampai/Media yang terverifikasi Dewan Pers/KemenkumHAM/organisasi profesi).

Walhasil, strategi dakwah untuk Gen-Z agaknya memang perlu memadukan metode digital (inovasi dan kolaborasi/sinergi digital) dan non-digital (karakter/kesalehan digital), sehingga Gen-Z tetap akrab dengan dunia-nya, namun Gen-Z tidak tercerabut dari karakter yang saleh.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023