Singapura (ANTARA) - Harga minyak relatif stabil di awal perdagangan Asia pada Rabu, setelah data industri menunjukkan peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan bensin AS, mengimbangi kekhawatiran tentang pengetatan pasokan menjelang penurunan produksi oleh produsen OPEC.
Sebagai tanda pengetatan pasar, minyak mentah berjangka AS telah terbalik ke dalam backwardation dengan kontrak bulan depan diperdagangkan 6 sen lebih tinggi dari bulan kedua.
Minyak mentah berjangka Brent turun 5 sen menjadi diperdagangkan di 85,57 dolar AS per barel pada pukul 00.29 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 6 sen menjadi diperdagangkan di 81,48 dolar AS per barel.
Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah naik sekitar 380.000 barel dalam pekan yang berakhir 7 April, kata sumber, bertentangan dengan perkiraan dari delapan analis yang disurvei oleh Reuters untuk penurunan 600.000 barel.
Pada saat yang sama, persediaan bensin naik sekitar 450.000 barel, menurut laporan API, sementara analis memperkirakan penarikan 1,6 juta barel.
Pemerintah AS akan merilis data persediaannya pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat (14.30 GMT).
Harga minyak telah naik sekitar 2,0 persen pada Selasa (11/4/2023) di tengah harapan bahwa Federal Reserve dapat memperlambat pengetatan kebijakannya setelah rilis data harga konsumen AS pada Rabu.
Presiden Federal Reserve Philadelphia Patrick Harker mengatakan dia merasa bank sentral AS akan segera selesai menaikkan suku bunga, sementara Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan dia percaya inflasi, sekarang pada tingkat 5,0 persen mendekati ukuran pilihan Fed, akan mencapai "tiga pertengahan" pada akhir tahun ini.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan pada Selasa (11/4/2023) bahwa kerentanan sistem keuangan yang mengintai dapat meletus menjadi krisis baru dan merugikan pertumbuhan global tahun ini, tetapi mendesak negara-negara anggota untuk terus memperketat kebijakan moneter guna melawan inflasi yang terus-menerus tinggi.
Laporan bulanan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan dirilis pada Kamis (13/4/2023) dan Badan Energi Internasional pada Jumat (14/4/2022), yang akan memperbarui perkiraan permintaan dan pasokan minyak.
Baca juga: Minyak terangkat sekitar dua persen jelang rilis data inflasi AS
Baca juga: Rubel Rusia melemah terhadap dolar karena permintaan valas yang kuat
Baca juga: Minyak naik di Asia karena ekspektasi stimulus China, dolar melemah
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023