penurunan yang sangat drastisMedan (ANTARA News) - Populasi satwa Orangutan Sumatra (Pongo abelii) terancam punah, akibat perburuan oleh orang-orang tidak bertanggungjawab maupun akibat semakin menyusutnya hutan yang menjadi habitat hewan yang dilindungi tersebut.
"Populasi orangutan mengalami penurunan yang sangat drastis dalam kurun waktu 20 tahun terakhir akibat deforestasi. Kondisi ini menyebabkan Orangutan Sumatra masuk kategori satwa sangat terancam punah di dunia," kata Penggiat Konservasi Alam dan Satwa Liar Sumatra Rainforest Institute (SRI), Rasyid Assaf Dongoran di Medan Kamis.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh lembaga Indonesia dan lembaga internasional pada periode tahun 2006-2008 telah menyimpulkan hanya beberapa blok hutan alami sebagai habitat satwa itu hanya ada di dua provinsi yakni hutan yang berada di Propinsi Aceh dan Sumatera Utara.
Salah satu kawasan hutan yang di identifikasi sebagai habitat alami adalah Kawasan Ekosistem Batangtoru atau Hutan Tapanuli, di mana estimasi kawasan ini seluas lebih kurang 140,000 Hektar dan salah satu kabupaten yang memiliki satwa ini adalah Kabupaten Tapanuli Selatan.
Beberapa kantung hutan alami yang terdapat di Tapanuli Selatan seperti hutan batangtoru, hutan Cagar Alam Dolok Sibual buali, Cagar Alam Dolok Sipirok, Suaka Alam Lubuk Raya serta beberapa wilayah hutan lindung hutan produksi yang memegang peranan penting dalam upaya penyediaan habitat alami.
Agar keberadaan orangutan tersebut tidak semakin habis, menurut dia, peran serta pemerintah daerah sangat penting, terutama dalam mengantisipasi perburuan maupun penebangan hutan uang dilakukan masyarakat.
"Saya masih yakin Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul Martua Pasaribu mampu menjadi pelopor utama gerakan penyelamatan hutan alami dan satwa yang terancam punah di wilayah kerjanya. Beliau harus mampu memanfaatkan jabatannya untuk melestarikan alam khusus Orangutan Sumatra," katanya.
Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan harus jeli melihat peluang bahwa tidak setiap kabupaten di Indonesia memiliki wisata alam dan perlindungan orangutan, apalagi memang orangutan merupakan daya tarik internasional.
Artinya, melestarikan satwa itu akan memancing turis penikmat ekowisata dan para peneliti baik nasiaonal maupun asing masuk ke Tapanuli Selatan, sehingga secara langsung dimasa akan datang, daerah itu akan menjadi sorotan destinasi wisata ekowisata dan keunikan alam.
"Potensi itu harus di investasi dalam upaya pelestarian, yang pada gilirannya nanti tentunyamampu menggerakkan roda ekonomi yang green economy," katanya.
Apalagi, lanjut dia, pemerintah pusat melalui Kementerian Kehutanan RI telah menetapkan agenda induk penyelamatan Orangutan yang tertuang dalam Rencana Strategi dan Aksi Nasional Konservasi Orangutan 2007 � 2017.
"Dengan demikian semua pihak termasuk pemerintah kabupaten dapat melakukan upaya konservasi dan perlindungan orangutan dengan dasar kebijakan itu," katanya.
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012