Washington (ANTARA) - Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (11/4/2023) memangkas sedikit prospek pertumbuhan globalnya pada 2023 karena suku bunga yang lebih tinggi mendinginkan aktivitas.
Namun IMF memperingatkan bahwa gejolak sistem keuangan yang parah dapat memangkas output ke tingkat mendekati resesi.
IMF mengatakan dalam laporan World Economic Outlook (WEO) terbarunya bahwa risiko penularan sistem perbankan ditahan oleh tindakan kebijakan yang kuat setelah kegagalan dua bank regional AS dan merger paksa Credit Suisse. Namun gejolak itu menambah lapisan ketidakpastian di atas inflasi yang sangat tinggi dan limpahan dari perang Rusia di Ukraina.
"Dengan peningkatan volatilitas pasar keuangan baru-baru ini, kabut seputar prospek ekonomi dunia telah menebal," kata IMF saat lembaga itu bersama Bank Dunia meluncurkan pertemuan musim semi minggu ini di Washington.
"Ketidakpastian tinggi dan keseimbangan risiko telah bergeser dengan kuat ke sisi negatifnya selama sektor keuangan tetap tidak tenang," tambah IMF.
IMF sekarang memperkirakan pertumbuhan PDB riil global sebesar 2,8 persen untuk tahun 2023 dan 3,0 persen untuk tahun 2024, menandai penurunan tajam dari pertumbuhan 3,4 persen pada tahun 2022 karena kebijakan moneter yang lebih ketat.
Prakiraan 2023 dan 2024 diturunkan sebesar 0,1 poin persentase dari perkiraan yang dikeluarkan pada Januari, sebagian karena kinerja yang lebih lemah di beberapa negara besar serta ekspektasi pengetatan moneter lebih lanjut untuk melawan inflasi yang terus-menerus.
Prospek AS sedikit membaik, dengan pertumbuhan pada perkiraan 2023 sebesar 1,6 persen dibandingkan perkiraan 1,4 persen pada Januari karena pasar tenaga kerja tetap kuat. Tetapi perkiraan pemotongan IMF untuk beberapa ekonomi utama termasuk Jerman, sekarang diperkirakan akan berkontraksi 0,1 persen pada 2023 dan Jepang sekarang diperkirakan akan tumbuh 1,3 persen tahun ini, bukan perkiraan 1,8 persen pada Januari.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada konferensi pers bahwa dia lebih optimis tentang prospek karena sejumlah ekonomi negara maju dan berkembang menunjukkan ketahanan.
"Saya tidak akan berlebihan dengan negativisme tentang ekonomi global," kata Yellen. "Saya pikir prospeknya cukup cerah."
IMF menaikkan perkiraan inflasi inti 2023 menjadi 5,1 persen, dari prediksi 4,5 persen pada Januari, dengan mengatakan bahwa inflasi belum mencapai puncaknya di banyak negara meskipun harga energi dan pangan lebih rendah.
"Kebijakan moneter perlu tetap fokus pada stabilitas harga" untuk menjaga ekspektasi inflasi, kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan pada konferensi pers.
Dalam wawancara Reuters, Gourinchas mengatakan bank sentral tidak boleh menghentikan perjuangan mereka melawan inflasi karena risiko stabilitas keuangan, yang terlihat "sangat terkendali."
Sementara krisis perbankan besar tidak dalam garis dasar IMF, Gourinchas mengatakan memburuknya kondisi keuangan secara signifikan dapat terjadi kembali karena investor yang gugup mencoba menguji "mata rantai terlemah berikutnya" dalam sistem keuangan seperti yang mereka lakukan dengan Credit Suisse.
Laporan tersebut mencakup dua analisis yang menunjukkan gejolak keuangan yang menyebabkan dampak sedang dan parah pada pertumbuhan global.
Dalam skenario yang "masuk akal", tekanan pada bank yang rentan - beberapa seperti Silicon Valley Bank dan Signature Bank yang gagal dibebani oleh kerugian yang belum direalisasi karena pengetatan kebijakan moneter dan ketergantungan pada simpanan yang tidak dijamin - menciptakan situasi di mana "kondisi pendanaan untuk semua bank mengetat, karena perhatian yang lebih besar terhadap solvabilitas bank dan potensi eksposur di seluruh sistem keuangan," kata IMF.
"Pengetatan moderat" kondisi keuangan ini dapat memangkas 0,3 poin persentase dari pertumbuhan global untuk tahun 2023, memotongnya menjadi 2,5 persen.
IMF juga memasukkan skenario penurunan yang parah dengan dampak yang jauh lebih luas dari risiko neraca keuangan bank, yang menyebabkan pemotongan tajam dalam pinjaman di AS dan ekonomi maju lainnya, penurunan besar dalam pengeluaran rumah tangga dan pelarian dana investasi risk-off ke aset berdenominasi dolar yang aman.
Ekonomi pasar negara berkembang akan terpukul keras oleh permintaan ekspor yang lebih rendah, depresiasi mata uang, dan gejolak inflasi.
Skenario ini, yang Gourinchas berikan pada probabilitas 15 persen, dapat memangkas pertumbuhan 2023 sebanyak 1,8 poin persentase, menguranginya menjadi 1,0 persen - tingkat yang menyiratkan pertumbuhan PDB per kapita mendekati nol. Dampak negatifnya bisa sekitar seperempat dari dampak resesi krisis keuangan 2008-2009.
Risiko penurunan lainnya yang disorot oleh IMF termasuk inflasi yang terus-menerus tinggi yang membutuhkan kenaikan suku bunga bank sentral yang lebih agresif, eskalasi perang Rusia di Ukraina, dan kemunduran dalam pemulihan China dari COVID-19, termasuk kesulitan yang memburuk di sektor real estat.
Baca juga: Bank Dunia naikkan prospek pertumbuhan global 2023 berkat China
Baca juga: IMF: China, India sumbang setengah pertumbuhan ekonomi global 2023
Baca juga: WTO: Pertumbuhan perdagangan global 2023 melambat jadi 1,7 persen
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023