Selanjutnya kami akan menyiapkan pilot project pembangunan pembangkit gas CBM skala kecil untuk memasok kebutuhan listrik masyarakat desa di sekitar wilayah kerja."

Palembang (ANTARA News) - Perusahaan energi yang terdaftar di Bursa Australia, NuEnergy Gas Limited, mulai memproduksi gas metana batu bara (CBM) dari hasil pengeboran sumur coal bed methane di blok Muara Enim, Sumatera Selatan.

"Selanjutnya kami akan menyiapkan pilot project pembangunan pembangkit gas CBM skala kecil untuk memasok kebutuhan listrik masyarakat desa di sekitar wilayah kerja," kata CEO NuEnergy Chris Newport saat kunjungan ke lokasi pengeboran sumur ME-CBM-02 di Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, Rabu.

NuEnergy menargetkan dapat menandatangani MoU pembangunan pembangkit gas CBM dengan PT PLN pada akhir Desember 2012. Diharapkan dalam tiga bulan mendatang pembangkit tersebut sudah bisa beroperasi, ujarnya.

Pada tahap awal kapasitas pembangkit CBM ini diperkirakan baru mencapai 3 Mega Watt (MW). Sejalan dengan perkembangan aliran produksi gas CBM, nantinya kapasitas pembangkit bisa diperbesar hingga mencapai 5 MW.

Menurut Chris Newport, pihaknya selama tahun 2012 telah melakukan pengeboran tiga sumur eksplorasi CBM di blok Muara Enim dengan total investasi 7,5-10 juta dolar AS (sekitar Rp75-Rp100 miliar).

Sumur yang sudah produksi adalah yang kedua setelah dilakukan pengeboran dengan kedalaman 700-800 meter. Sejauh ini aliran gas CBM dari sumur tersebut mencapai 0,3 MMSCFD sedangkan kandungan gasnya mencapai 4,1-7,8 TCF.

Pada 2013 NuEnergy berencana melakukan pengeboran tiga sumur lagi di blok CBM Muara Enim II, katanya.

NuEnergy memperoleh izin konsesi pengembangan blok CBM Muara Enim seluas 652,6 kilometer persegi pada 30 November 2009. Perusahaan ini mengelola proyek Muara Enim melalui unit usahanya di Indonesia, PT Trisula CBM Energi.

Trisula berkongsi dengan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk mengelola blok itu, dengan kepemilikan saham 40 persen dan sisanya dimiliki Pertamina.

Sedangkan di blok Muara Enim II, selain berkongsi dengan Pertamina, perseroan juga menggandeng PT Sugico, di mana NuEnergy memiliki saham sebesar 30 persen di blok itu. Luas konsesinya mencapai 1.209 km persegi.

CBM adalah gas alam dengan dominan gas metana dalam batu bara hasil dari beberapa proses kimia dan fisika.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Prof. Dr.Rinaldy Dalimi yang ditemui di site CBM Muara Enim mengatakan pemerintah Indonesia mendorong pengembangan gas non-konvensional seperti CBM, shale gas, tight gas, dan biogenic gas. Hal itu dilakukan dengan harapan dapat menambah cadangan migas, pendapatan negara, serta diversifikasi energi.

Potensi cadangan gas metana di Indonesia setara dengan 453 TCF sehingga mampu membantu menutupi kekurangan cadangan gas nasional.

Ia mengharapkan produksi gas CBM secara massal bisa membuat harga jualnya kompetitif sehingga pada akhirnya mampu menghasilkan biaya listrik lebih murah. (F004/I015)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012