Saya tidak tahu apakah penculik menuntut uang tebusan, dan bila mereka melakukannya, polisi tidak boleh terlibat karena hal itu akan mendorong yang lain untuk terus melakukan (penculikan)."

Onitsha, Nigeria (ANTARA News) - Dua polisi ditangkap dalam kaitan dengan penculikan wanita berusia 82 tahun ibu dari menteri keuangan Nigeria, kata polisi, Rabu.

Kamene Okonjo, ibu dari Ngozi Okonjo-Iweala, yang juga kordinator ekonomi, diculik Minggu di rumahnya di Delta Niger, wilayah penghasil minyak di Nigeria, lapor Reuters.

Komisaris Polisi Negara Bagian Delta Ikechukwu Aduba mengatakan, kedua polisi itu ditangkap atas tuduhan membantu para penculik.

"Itu perkembangan yang sangat menyedihkan dan kekhawatiran utama kami kini adalah menyelamatkan Mama tanpa cedera," kata Aduba kepada Reuters melalui telepon.

Kelompok-kelompok kriminal biasa melakukan penculikan untuk meminta uang tebusan di Nigeria, namun anggota elit politik hampir tidak pernah menjadi sasaran.

"Saya tidak tahu apakah penculik menuntut uang tebusan, dan bila mereka melakukannya, polisi tidak boleh terlibat karena hal itu akan mendorong yang lain untuk terus melakukan (penculikan)," kata Aduba.

Menteri Keuangan Ngozi Okonjo-Iweala, seorang tokoh anti-korupsi, menerima ancaman-ancaman pada masa silam, kata penasihat khususnya, Paul Nwabuikwu.

Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.

Kerusuhan itu sempat menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barel per hari, dari 2,6 juta barel.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam waktu dua tahun. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun 2008, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Pada Juni 2009, almarhum Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.

Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.

Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012