London (ANTARA) - Ukraina kembali menjual listrik ke Eropa, kata menteri energinya pada Senin malam, setelah ekspor listrik dari negara itu terhenti pada Oktober ketika Rusia mulai melancarkan serangan rudal dan drone secara berkala ke infrastruktur energi penting.
Serangan-serangan itu menyebabkan pemadaman listrik secara masif bagi warga sipil dan industri, yang memaksa pekerja bekerja lembur guna memperbaiki jaringan listrik.
"Kami telah kembali mengekspor," kata Menteri Energi German Galushchenko.
Dia menambahkan bahwa Rusia gagal menghancurkan sistem energi Ukraina.
Uni Eropa adalah pasar ekspor utama energi dari Ukraina.
Galushchenko mengatakan pasokan listrik di dalam negeri tetap menjadi prioritas Ukraina, meski ekspor listrik telah dilanjutkan.
"Kami berharap bisa mencapai volume ekspor yang sama pada tahun lalu. Kami berencana dan akan melakukan negosiasi untuk meningkatkan volume ekspor karena cadangan dalam sistem saat ini memungkinkan kami untuk melakukannya," katanya dalam wawancara televisi.
Pada Juni 2022, Ukraina berharap dapat meraup 1,5 miliar euro (sekitar Rp24,43 triliun) dari ekspor listrik ke Uni Eropa pada akhir tahun tersebut.
Ukraina biasanya mengekspor listrik ke Moldova, Hongaria, Slovakia dan Polandia.
"Saat ini ada rencana untuk meningkatkan lalu lintas perbatasan antara Ukraina dan Polandia, yang akan meningkatkan ekspor," kata Galushchenko.
Jaksa Utama Mahkamah Pidana Internasional telah mengunjungi Ukraina pada Februari guna menyelidiki serangan udara Rusia ke jaringan listrik Ukraina.
Kiev menyatakan serangan itu bertujuan mengintimidasi warga sipil, sedangkan Moskow menyatakan serangan itu untuk memperlemah militer musuh.
Sumber: Reuters
Baca juga: Listrik di tiga wilayah utama Ukraina aman pasca gempuran Rusia
Baca juga: Rusia lancarkan serangan di seluruh Ukraina, hantam pembangkit listrik
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023