Tahanan itu mengumpulkan bahan-bahan peledak dalam beberapa hari."

Baghdad (ANTARA News) - Seorang tersangka tahanan Al Qaida di sebuah penjara Baghdad berusaha melakukan serangan bom bunuh diri, Rabu, mencederai lima orang, termasuk pelaku, kata sejumlah pejabat keamanan dan seorang tahanan.

Menurut mereka, pelaku terluka parah dalam insiden tersebut, lapor AFP.

Seorang pejabat kementerian dalam negeri mengatakan, tahanan anggota Al Qaida itu meledakkan diri di penjara Baghdad pusat, mencederai tiga sipir dan seorang tahanan lain.

"Tahanan itu mengumpulkan bahan-bahan peledak dalam beberapa hari" dan tampaknya merakitnya menjadi sebuah sabuk bom, kata pejabat itu, tanpa penjelasan terinci mengenai asal bahan peledak tersebut.

Seorang polisi mengkonfirmasi bahwa pelaku selamat dalam ledakan itu dan dibawa ke rumah sakit Al-Kindi.

Seorang tahanan mengatakan kepada AFP melalui telefon dari dalam penjara tersebut, pelaku berusaha mendekati sipir namun gagal dan meledakkan diri.

Kekerasan yang terus berlangsung menggarisbawahi kekhawatiran mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak, hampir setahun setelah penarikan pasukan AS dari negara itu.

Pada akhir November, kelompok bersenjata menculik 20 orang ketika mereka pergi dari Irak utara menuju Baghdad untuk pemeriksaan medis ujian masuk militer, namun mereka dibebaskan kemudian dalam operasi pasukan.

Seorang kolonel dari Divisi IV Angkatan Darat, yang bertanggung jawab atas daerah tempat penculikan itu terjadi, mengatakan, empat anggota Al Qaida ditangkap dalam operasi pembebasan itu.

Pada akhir Oktober, Al Qaida mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan selama liburan Idul Adha yang menewaskan 44 orang dan mencederai lebih dari 150.

Pemerintah Irak mengumumkan September sebagai bulan paling mematikan dalam waktu lebih dari dua tahun, dengan jumlah korban tewas dalam serangan mencapai 365.

Statistik yang disusun kementerian-kementerian kesehatan, dalam negeri dan pertahanan menunjukkan bahwa 182 warga sipil, 88 polisi dan 95 prajurit tewas dalam serangan-serangan pada September.

Menurut data itu, 683 orang cedera -- 453 warga sipil, 110 polisi dan 120 prajurit.

Jumlah korban pada September itu merupakan angka tertinggi yang diumumkan pemerintah sejak Agustus 2010, ketika 426 orang tewas dan 838 cedera dalam serangan-serangan.

Sepanjang Agustus, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber keamanan dan medis, 278 orang tewas dalam serangan-serangan di Irak.

Serangan-serangan itu berlangsung setelah pemerintah Irak mengumumkan bahwa 325 orang tewas dalam kekerasan di Irak sepanjang Juli, yang menjadikannya sebagai bulan paling mematikan di negara itu dalam waktu hampir dua tahun.

Angka dari pemerintah biasanya lebih rendah daripada yang diberikan oleh sumber-sumber lain, namun jumlah korban pada Juli itu lebih tinggi dibanding dengan data yang dihimpun oleh AFP berdasarkan laporan dari aparat-aparat keamanan dan petugas medis.

Menurut hitungan AFP, sedikitnya 278 orang tewas dan 683 cedera akibat kekerasan di Irak sepanjang Juli, sedikit lebih rendah daripada angka pada Juni.

Irak dilanda kekerasan yang menewaskan ratusan orang dan kemelut politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012