Peserta termuda turnamen berhadiah total 500 juta itu sempat memimpin di awal set pertama, namun akhirnya harus mengakui keunggulan Christopher yang adalah petenis putra nomor satu Indonesia dengan 2-6, 1-6.
"Dia memang jago. Awal saya menang, mungkin karena Christo mainnya belum lepas. Saya kalah inisiatif untuk menyerang sementara dia nyerang terus," kata petenis kelahiran Surabaya, 31 Juli 1995 itu.
Irfandi banyak melakukan kesalahan sendiri seperti pukulan menabrak net atau voli terlalu melebar dan error sendiri. "Tadi saya hilang konsentrasi," ujar Irfandi yang mengaku main tanpa beban.
Dua petenis yang sama-sama dididik pelatih ternama, Dedi Prasetyo, itu sebetulnya memiliki karakter permainan yang sama.
"Karakter main kita memang sama. Dia itu pemain muda yang sangat berbakat, perkembangannya bagus, salah satu prospek yang bagus untuk regenerasi," ujar Christo yang telah tiga kali berturut-turut menjuarai Garuda Master sejak 2008.
Christo menilai Irfandi cukup kuat bermain reli panjang, namun jam terbangnya masih kurang. "Masih banyak yang harus dia lakukan."
Pada turnamen tenis internasional PGN dua pekan lalu, Irfandi lolos ke perempatfinal setelah mengalahkan petenis unggulan kelima asal Swedia, Patrik Rosenholm yang berperingkat 379.
Peringkatnya langsung mencuat ke sekitar 1.200 ATP sehingga ia dapat serta dalam turnamen Garuda Master yang diikuti delapan petenis putra dan putri terbaik Indonesia.
Esok, Irfandi akan menghadapi Sunu Wahyu yang juga jauh lebih senior darinya, ssmentara Christo akan menghadapi juniornya, Indra Wijaya, yang juga jebolan Dedi Prasetyo.
M047
Pewarta: Monalisa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012