Belum ada tanda-tanda inflasi, karena berdasarkan pantauan terakhir kami harga komoditas pangan masih relatif stabil.
Medan (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin mengatakan bahwa belum ada tanda-tanda inflasi di Sumatera Utara (Sumut) kurang dari dua minggu menjelang Lebaran 1444 Hijriah.
"Belum ada tanda-tanda inflasi, karena berdasarkan pantauan terakhir kami harga komoditas pangan masih relatif stabil," kata Gunawan, di Medan, Senin.
Situasi tersebut, kata dia pula, menimbulkan pertanyaan karena tidak lazim terjadi beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Fitri.
Bisa saja, kata Gunawan, harga tidak bergerak naik karena pasokannya banyak. Akan tetapi, itu tidak dapat dijadikan faktor tunggal lantaran dia juga menemukan fakta bahwa harga komoditas pangan seperti ayam dan cabai berada di bawah harga keekonomiannya.
"Sehingga dapat kembali ke dugaan awal bahwa terjadi penurunan daya beli," ujar Gunawan.
Pencairan tunjangan hari raya (THR) pun, dia melanjutkan, tidak terlalu meningkatkan konsumsi masyarakat, terutama untuk memenuhi kebutuhan sekunder saat Lebaran seperti pakaian baru.
Hasil pantauan Gunawan di beberapa lokasi penjualan pakaian di Medan dan sekitarnya, misalnya di Tanjung Morawa serta Medan Marelan, ramainya masyarakat di sana tidak menunjukkan tingginya pembelian.
"Di sana terlihat kenaikan atau lompatan pengunjung signifikan. Namun, saat kami survei ke pedagangnya, mereka masih memberikan 'statement' yang sama seperti saat awal Ramadhan yaitu penjualan tahun ini masih lebih rendah daripada sebelum pandemi COVID-19. Itu masalahnya," kata dia pula.
Masyarakat, menurut Gunawan, lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan pokok pada Lebaran tahun ini.
Selain itu, mereka pun mengutamakan mudik daripada kebutuhan sekunder untuk Lebaran, termasuk pakaian anyar atau membuat kue kering.
"Mudik menjadi salah satu komponen pengeluaran yang harus disiapkan," kata Gunawan.
Sebelumnya, pada 3 April 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut menyatakan bahwa Sumut mengalami deflasi 0,31 persen pada Maret 2023, secara bulan ke bulan (month to month), atau sama dengan Februari 2023 yang juga mencatatkan deflasi bulan ke bulan 0,31 persen.
Berdasarkan BPS, deflasi Sumut para Maret 2023 dominan dipengaruhi oleh komoditas makanan, minuman dan tembakau (-0,39 persen).
Selain itu, ada pula cabai merah (-0,10 persen), telur ayam ras (0,04 persen), cabai rawit (-0,03 persen), minyak goreng (-0,03 persen), dan bawang merah (-0,03 persen).
Tetapi, BPS Sumut mengingatkan potensi terjadinya inflasi pada April 2023 seiring dengan mendekatnya Hari Raya Idul Fitri.
"Jadi kita masih perlu waspada karena bulan April 2023 memiliki hari puasa lebih banyak dan berpotensi berdampak pada kenaikan harga. Artinya, harus terus memperhatikan pengendalian inflasi. Jangan karena deflasi lantas pengendalian inflasi terhenti," ujar Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin.
Baca juga: BI: Sumut penyumbang ke-2 terbesar pertumbuhan ekonomi Sumatera
Baca juga: Gubernur ungkap penyebab kenaikan inflasi di Sumut
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023